mutiara hikmah

Frame4

i love it .

,.saya suka sekali ^_^

Sabtu, 26 Juli 2014

hampa hidupku

Mendadak semua menjadi begitu gelap dan hampa buatku, aku merasa seperti terasing dimanapun aku berada.... dengan semua kejadian yang aku alami beberapa waktu ini membuat aku menjadi sosok yang minder dan pemalu...Aku seringkali dikucilkan oleh teman2 sebayaku pada saat itu karena keanehan yang mereka lihat pada diriku...aku sering menangis karena aku merasa sendiri dan sepi.....semua ini menjadi kenangan yang pahit yang aku bawa hingga saat ini....

Masa kecil yang seharusnya aku lalui dengan canda tawa dan bahagia berubah menjadi masa kecil yang menyedihkan dan sengsara....terkadang ketika aku melihat kawan2 sebaya aku bercanda dengan orang tua mereka ataupun merayakan ulang tahun mereka dengan keluarga aku sering merasa iri dan membayangkan seandainya saja aku yang berada disana dan sedang tertawa bahagia dengan keluargaku....

Semuanya menjadi gelap untukku, aku melangkah seakan aku tak tahu arah dan tujuan hidup aku...belum hilang rasa bingung yang aku alami karena kejadian2 beberapa waktu yang lalu, kini aku mengalami lagi satu kejadian yang membuat aku nyaris kehilangan nyawaku...ya sebuah kejadian lagi yang membuat aku mengalami trauma sampai detik ini...

Aku ingat pada saat itu mama aku membawa aku pergi untuk menemaninya ke pasar..kemudian mama aku berkata untuk aku menunggunya karena mama ingin pergi untuk membeli sesuatu..tanpa terasa haripun beranjak menjadi siang dan mama tak kunjung kembali untuk menjemputku...sampai kira2 hari menjelang sore, nenek aku ke pasar dan menjemputku...dan mengatakan kalau mama aku pergi entah kemana dan hanya mengatakan untuk menjemput aku di pasar...aku berlari masuk ke rumah dan melihat lemari baju..tak ada satu bajupun milik mama yang aku temukan, aku menangis sekeras2nya...aku sangat menyayangi mama aku, aku sangat takut kehilangan mama....tapi apa daya pada saat itu aku masih terlalu kecil untuk pergi dan mencarinya..maka aku hanya bisa diam dan menangis...

Beberapa hari selang kepergian mama akupun jatuh sakit, mungkin itu karena aku sangat merindukan mama...hingga suatu saat aku bermimpi mama aku datang dan dia berkata kalau suatu saat mama akan pulang, dan berpesan agar aku menjadi anak yang cerdas...maka sejak saat itu akupun berusaha untuk kuat menjalani hidup..aku berusaha untuk tegar, aku bersemangat untuk belajar dengan harapan suatu saat nanti mama aku akan pulang.....

Akupun tumbuh menjadi sosok anak yang cerdas, aku seringkali mendapat peringkat pertama di sekolah..sehingga nenek dan kakek aku sangat mengelu-elukan aku..namun mereka tidak tahu dan tidak pernah memperhatikan semua keanehan yang ada dalam diri aku....

Ya..sejak mengalami semua peristiwa itu aku tumbuh menjadi sosok yang aneh, aku mulai suka merawat diri dan memperhatikan nenek aku ketika dia mulai berdandan...semua yang nenek pakai dengan diam2 aku suka mencuri2 memakainya...dan semua menjadi sebuah kebiasaan untukku,,,,

Aku menjadi aneh dan semakin aneh..dan tetap tak ada yang memperhatikan dan memperdulikannya..hingga aku.....

kehancuran hidup kami



Dan pada akhirnya, adik aku yang kedua menjadi anak angkat di keluarga kakak papa, mereka memang keluarga yang sangat berkecukupan maka dari itu aku sering mengira kalau kehidupan adik perempuan aku juga lebih baik daripada kehidupan aku di rumah...singkat cerita 1 tahun kemudian lahirlah adik aku yang paling bungsu tepat pada tanggal 1 mei 1984, maka aku dan adik bungsuku tinggal bersama mama dan keluarga...adik aku yang kedua hanya 1 bulan sekali bertemu dengan kami, karena 1 kali dalam 1 bulan oma aku main ke rumah mama....

Kehidupan masa kecil kami, tidak menyenangkan dan tidak seperti anak2 pada umumnya, dalam hal ini bukan materi yang aku bicarakan, melainkan hal2 yang tidak seharusnya kami lihat justru menjadi tontonan kami sehari-hari..tak jarang aku melihat tangan atau sabuk papa melayang ke wajah dan tubuh mamaku, bukan hanya itu saja....hampir tiap hari aku melihat banyak wanita yang datang silih berganti ke rumah, hanya untuk meminta pertanggungjawaban papa untuk anak yang sedang dikandungnya....dan ketika hal itu terjadi maka mamalah yang menjadi sasaran papa dan terkadang aku pun tak luput dari hajaran tangan dan sabuk papa......

Kehidupan masa kecil aku sungguh pahit, seringkali aku melihat setiap pagi sebelum aku dan adik aku sekolah mama dengan diam2 mencuri uang dari dompet papa hanya untuk memberi kami makan..dan tak luput juga ketika mama ketahuan papa maka pagi2 buta aku dan adik aku melihat banyak benda beeterbangan di rumah....kadang aku melihat mama mencari uang recehan di kolong2 bawah ranjang..dan dikumpulkan seperak demi seperak hanya untuk kita bisa makan.....sungguh hal yang sangat pahit untuk aku kenang dan lihat, meski pada saat itu aku masih kecil entah kenapa aku bisa merasakan air mata yang ditahan oleh mama di dalam hatinya.....

Mama aku adalah sosok wanita yang tegar dan kuat dan itu membuat aku bangga sama mama hingga saat ini, aku sayang sekali sama mama...Ada suatu masa yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidup aku dimana pada saat itu, aku dan mama dan kakek aku sedang berada di jalan dan tiba2 rambut mama aku ditarik oleh seorang wanita hingga mama terjatuh, dan merekapun bertengkar dijalanan..itu adalah masa dimana hingga saat ini aku tidak akan pernah lupa...entah kalau saat ini itu terjadi apa yang aku rasakan aku juga tidak tahu....

Terlalu banyak trauma masa kecil yang acapkali membayangiku hingga aku dewasa seperti sekarang ini...dan salah satu trauma masa kecil itu lah yang membawa hidup aku dalam kehancuran hingga saat ini usiaku sudah 29 tahun...aku masih ingat dimana pada saat itu, papa pernah mengangkat aku kemudian melempar aku ke bawah hingga mengakibatkan tulang belakang aku agak sedikit bengkok hingga sekarang, dan kadang membuat aku merasa nyeri ketika musim dingin tiba...tapi itu mungkin hanya sebagian dari penyiksaan yang aku terima dari papa ketika aku masih kecil, namun hal yang paling fatal yang papa lakukan yang benar2 menjadi dendam dalam hati aku adalah ketika pertama kali dia MENYETUBUHI aku...ya itulah awal dari malapetaka untuk hidup aku....

Ketika itu adik perempuan aku sudah tinggal 1 rumah dengan kami sekeluarga, itu karena dia cerita ke mama kalau dia sering diperlakukan seperti pembantu di rumah tante dan om, belum lagi kalau pagi tiap jam 5 dia sudah disuruh bangun untuk bebenah rumah...dan ketika mama mendengar cerita itu maka adik aku yang ke2 ditarik pulang, aku tahu maksud mama adalah untuk menyelamatkan jiwa dan mental adik aku namun tanpa sadar disitulah mama membuka celah untuk malapetaka bagiku.......

Aku masih sangat ingat peristiwa yang membuka celah untuk hancurnya hidup aku hingga saat ini...bahkan kalau aku sedang sendiri tiba2 semua kejadian itu seperti layaknya sebuah film yang sedang aku tonton...begitu nyata dihadapan aku dan sangat menyakitkan untukku....

Kejadian itu bermula saat aku mungkin masih berusia sekitar 10 tahun, karena pada saat itu aku dan semua adik2 aku serumah maka otomatis tempat tidur kami menjadi sangat sempit, hingga mama kadang harus tidur diluar...dan pada saat itulah malapetaka terjadi merusak masa depan, hidup dan jiwa aku...aku masih sangat ketika itu tiba2 papa menindih tubuh aku dan menggesek2kan alat vitalnya ke badan aku...entah apa yang ada di pikiran papa saat itu damn entah apa yang aku rasakan saat itu, dan bukan hanya disitu saja bahkan kadang ketika aku sedang mandi tiba2 papa juga masuk dan melakukan hal yang sama....dan semua kejadian itu membuat aku ketagihan dan penasaran.....hingga kadang ketika papa sedang tidur aku sering dengan diam2 memegang kemaluan papa...dan ketika dia tahu dengan lagaknya yang angkuh dia marah dan memukul aku..kadang aku suka bertanya2 kenapa papa marah, bukankah itu semua hal yang diajarkan papa kepada aku........

Kejadian pahit itu tidak berhenti sampai dengan papa....entah kenapa setelah aku mengalami kejadian itu, maka akupun tumbuh menjadi anak laki2 yang tidak normal...aku suka sekali melihat badan laki2 dan aku pun menjadi seperti seorang wanita, aku jadi suka bermain dengan boneka..dan suka memakai bedak...belum lagi nenek aku yang notabene seorang penjahit suka sekali mengajarkan kepadaku untuk menjahit baju ketika aku sedang bermain boneka maka semakin rusak dan hancurlah hidup aku....

Dan terjadilah malapetaka selanjutnya dalam hidup aku, masih sangat lekat dibenak aku kejadian malam itu...dimana tukang cuci dirumah aku melakukan hal yang tidak senonoh kepadaku...karena rumah keluarga kami adalah bangunan rumah lama, maka antara rumah utama dan kamar mandi memiliki jarak yang cukup jauh ditambah lagi dengan adanya pintu belakang yang memisahkan rumah dan kamar mandi maka rasanya semakin lengkaplah celah untuk kejadian jahanam itu terjadi........

Aku ingat benar..malam itu mungkin setelah maghrib ketika tukang cuci kami sedang melakukan pekerjaannya, ketika itu aku mungkin sedang ke toilet...dan ketika aku selesai dan ingin keluar dengan tiba2 tukang cuci itu mendorong badan aku ke tembok dan kemudian menurunkan kepala aku hingga tepat di kemaluannya dan dengan cepat dia membuka celananya dan kemudian menyuruh aku melakukan hal.....yang saat ini aku tahu bahwa itu adalah oral seks....dia melakukan itu tidak hanya sekali melainkan berkali-kali....aku tidak berani cerita karena pada saat itu dia suka mengancam akan memukul aku...namun aku juga tidak dapat mengelak bahwa tiap kali dia melakukan hal itu entah apa yang aku rasakan seperti sesuatu yang berbeda....namun semua itulah awal dari kehancuran hidup aku.....

Hingga aku tumbuh menjadi anak laki2 yang tidak normal...dan kadang aku suka diolok oleh teman2 sekolahku......

ketika cinta meninggalkanmu

Hari ini Ibu mengantarku sampai di depan gerbang sekolah. Sebelum keluar dari mobil aku mencium tangan Ibu terlebih dahulu.
Saat aku berjalan menuju ruang kelas, tiba-tiba saja hatiku rasanya berdebar. Seperti ada sesuatu namun aku tak tahu apa itu. Aku terus saja berjalan. Dan tanpa aku duga, aku bertemu dengannya tepat di bawah tangga yang akan ku naiki. Dia adalah laki-laki yang kulihat dua hari yang lalu, saat pengenalan siswa baru kelas 10. Aku menatap matanya, dia juga membalas tatapanku. Ini adalah tatapan pertama kami. Matanya indah sekali, seketika itu aku merasakan ada perasaan yang berbeda. Tatapannya membuatku kagum. Tapi tak lama setelah itu dia langsung berpaling lalu menaiki tangga itu mendahuluiku.
**
Hari ini adalah hari pemilihan eskul bagi para siswa baru kelas 10. Sebagai senior, aku dan teman-teman akan mempromosikan berbagai jenis eskul kepada para adik kelas. Ini adalah kesempatanku untuk dapat melihatnya lagi.
Satu per satu perwakilan dari setiap eskul masuk kedalam ruang kelas itu. Saat aku memasuki ruang itu, mata ini langsung menjelajah mencari sosok laki-laki itu. Tak lama aku langsung menemukannya sedang menunduk. Dia duduk di bangku pojok paling belakang. Beberapa perwakilan sudah mulai mempromosikan eskul mereka. Sesekali aku melihat kearahnya, tapi dia terlihat tak pernah memperhatikan apa yang sedang disampaikan. Sesaat aku tersadar, Rio si kapten basket sedari tadi memerhatikan dia juga. Aku mulai merasa takut, dan tiba-tiba saja Rio menghentikan Dennis yang sedang mempromosikan eskul bulu tangkis.
“Hei kamu!” panggil Rio kasar sambil menunjuk kearahnya.
Semua orang menatap kearahnya, tapi wajahnya nampak santai tak perduli. Tiba-tiba saja dia berdiri dan menjawab Rio dengan nada cuek,
“Gue?”
“Siapa nama lo?” tanya Rio dengan nada keras.
“Nama gue Gio.”
“Dari tadi gue perhatiin lu gak pernah ngedengerin temen-temen gue ngomong kan?”
“Gue emang gak denger. Terus kenapa?”
Dia benar-benar cari mati. Omongannya tentu saja membuat hati Rio menjadi panas.
“Mau nantangin gue lu?” tanya Rio
“Sopan dong sama kaka kelas!” timpal Kiki
“Gue mau tau dong alasan lu kenapa lu gak mau ngedengerin kita?” tanya Beno dengan santai.
“Gue gak butuh eskul.” Jawab Gio sambil membuang muka.
Sekarang Rio benar-benar sudah marah. Dia berjalan mendekati Gio sambil mengepal kedua tangannya. Perasaanku semakin tidak enak. Bagaimana pun caranya aku harus mencegah Rio. Tiba-tiba saja sebuah ide gila melintas dikepalaku. Tak ada waktu lagi untuk mempertimbangkan ide gila ini. Dengan keras aku berteriak, “Gempa!!Gempa!!Ayo semua turun kebawah!” Dan berhasil! Mereka semua percaya. Semua orang terlihat panik dan berlarian ke arah bawah. Oh Tuhan, sekarang apa yang harus aku lakukan.
**
    “Tolong ya Ness.” perintah Bu Indi.
“Iya Bu,” jawabku ramah. Sebenarnya aku malas membantu Bu Indi, tapi ya sudahlah. Lagi pula ini hanya sebentar. Aku hanya harus meletakkan kertas-kertas ini di atas meja Bu Indi dan setelah itu aku bisa pulang.
Pintu ruang guru tertutup. Sepertinya guru-guru sudah pulang. Aku membukanya dan ternyata di dalam sama sekali tidak ada orang. Aku berjalan kearah meja Bu Indi lalu meletakkan kertas-kertas ini. Setelah kuletakan, aku berjalan menuju pintu tapi aku tak sengaja menyenggol tumpukan buku hingga semuanya berserakan di lantai. Betapa kesalnya aku, terpaksa aku harus merapihkan buku-buku itu. Secara tak sengaja, aku menemukan buku Gio diantara buku-buku itu. Aku mengambilnya, kuamati tulisan-tulisannya yang sulit terbaca. Dalam hatiku tertawa saat melihat banyak gambar-gambar anime yang memenuhi bukunya. Tapi aku juga kecewa karena nilai-nilainya masih banyak yang buruk. Dia pasti seseorang yang pemalas. Dan saat aku melihat halaman terakhir berisi 10 soal biologi yang hanya dijawab 2.  Oh tidak! dia mengumpulkan tugas ini hanya dengan menjawab 2 soal saja. Apa dia tidak takut jika nanti tinggal kelas. Oh Tuhan, ada apa dengannya. Apa yang membuatnya seperti ini. Air mataku menetes dengan sendirinya, jujur saja aku sangat kecewa padanya. Dengan cepat aku membereskan tumpukan buku itu dan menaruhnya di tempat semula, lalu berjalan kearah pintu dan mendorong pintu itu hingga hampir tertutup. Aku berjalan menuju meja guru paling belakang lalu duduk bersembunyi disana. Aku membuka ranselku, mengambil pulpen dari kotak pensilku, dan menjawab soal-soal yang belum diselesaikannya.
Jarum jam menunjukkan pukul lima sore. Untunglah soal-soal ini sudah selesai. Dengan cepat aku menaruh bukunya pada tumpukan buku tadi lalu meninggalkan ruang ini secepatnya.
**
  Bola itu tepat melesat di dahiku. Rasanya sakit sekali, tapi aku berusaha untuk menahannya. Terlihat samar ada seseorang yang mendekat.
“Maaf ka, kami gak seng..” tiba-tiba saja suaranya hilang.
Aku tersadar, ada rasa sakit di sekitar kepalaku. Aku melihat seseorang sedang berdiri dihadapanku saat itu.
“Ka.. Kaka udah sadar?” tanya orang itu khawatir. Aku diam tak menjawab. Kepalaku rasanya masih sangat pusing. Tiba-tiba empat orang datang mendekat. Matanya, aku melihatnya ada diantara keempat orang itu.
“Ka maafin kami ya, kami gak sengaja lempar bola ke kepala Kaka.” ucap seseorang diantara mereka. Aku masih diam tak menjawabnya. Wajah mereka nampak menyesal dan mengharapkan maaf dariku. Tapi tidak dengan Gio. Dia nampak tidak perduli. Mungkin dia tidak merasa bersalah, karena seingatku bukan dia yang melempar bola itu padaku. Tapi tak apa yang penting dia ada di sini.
“Kak.. kepala kaka masih sakit?” tanya seseorang yang lain.
“Iii..yaa,” jawabku berat.
“Maafin kami ya kak, kami bener-bener gak sengaja.” timpal seseorang lagi. Aku menatap kearah Gio. Dia hanya diam, padahal aku ingin sekali mendengar dia yang berbicara.
“Kaka maafin, tapi kalian harus ikut kelompok kaka!”
“Kelompok apaan?”
“Namanya kelompok belajar. Pokoknya ikut aja ya!” paksaku.
“Semuanya?” tanya Gio cuek. Oh Tuhan, akhirnya dia berbicara.
“Iya.” Jawabku sambil menatap matanya yang juga menatapku. Hatiku mulai berdebar lagi.
“Gi.. andai kamu tau, sebenarnya aku sengaja mendekati bola itu supaya aku terkena lemparannya. Karena dengan cara ini, aku bisa mengajakmu belajar bersamaku.” batinku.
**
Aku bodoh! Aku gak bisa lari lebih cepat lagi. Di sepanjang jalan hatiku tak pernah berhenti mengkhawatirkannya. Dia pasti sudah babak belur. Aduh!! Kenapa aku baru tahu sekarang. Aku terus saja menyalahi diriku. Tiba-tiba saja Rio yang dibimbing beberapa temannya melintas di hadapanku. Wajahnya penuh dengan luka.
“Oh Tuhan, bagaimana keadaan Gio sekarang? Dimana dia?” batinku gelisah. Aku terus berjalan menuju area perkelahian mereka. Mudah-mudahan saja dia masih ada di sana. Dan ternyata benar. Dia masih disana. Syukurlah dia baik-baik saja. Lukanya tidak separah Rio. Tersirat rasa sedikit kagum atas kehebatannya berkelahi, tapi lebih besar lagi rasa kecewaku karena perlakuannya itu.
Aku rasa aku tak perlu mengkhawatirkannya lagi karena dia nampak baik-baik saja. Secepatnya aku pergi sebelum dia melihatku. Tapi saat aku berbalik kebelakang, aku melihat dari kejauhan Pak Sano sang guru BP berjalan kearah ini bersama beberapa guru lainnya. Oh tidak! dia pasti mau mencari Gio. Seseorang pasti sudah memberitahu mereka tentang perkelahian Gio dan Rio. Tanpa berpikir panjang, aku berlari menghampiri Gio. Aku menarik tangannya dan mengajaknya lari dari tempat itu.
“Kenapa tarik-tarik tangan gue sih?” tanyanya heran sambil melepas genggamanku.
“Nanti gue jelasin, sekarang kita ngumpet dulu.” ucapku berusaha meyakinkannya. Akhirnya dia mau menurutiku. Kami berlari jauh dan sepertinya Pak Sano tak akan menemukan kami. Gio menghentikan langkahnya,
“Sebenernya ada apa lu ngajak gue lari?”
“Tadi gue liat pak Sano sama guru-guru lainnya mau nyamperin lu.” Jelasku sambil bernafas terengah-engah. Dia menarik tanganku lalu menyuruhku untuk duduk di sebuah kursi kayu.
“Lu tunggu di situ!” perintahnya lalu berjalan meninggalkanku. Aku hanya diam tak mengerti. Tak lama dia datang membawa sebotol air mineral.
“Nih minum dulu,”
“Makasih,” jawabku sambil mengambil air mineral darinya. Aku meneguk air itu perlahan-lahan. Setelah itu keadaan menjadi hening. Mendadak aku menjadi gugup. Aku merasa dia sedang menatapku, sekarang hatiku mulai berdebar lagi. Kali ini debarannya lebih kencang dari biasanya. Dan saat kulihat matanya, ternyata dia memang sedang menatap kearahku. Oh Tuhan, ada apa dengannya.
“Kamu kenapa sih?” Aku memulai pembicaraan, tapi dia tidak menjawabku. Dia terus saja melihatku aneh.
“Emm.. aku pulang duluan ya,” kataku lagi padanya. Aku berdiri, tapi tiba-tiba dia menarik tanganku.
“Ness, makasih ya buat semuanya.” ucapnya. Kali ini nada suaranya terdengar berebeda. Matanya, aku melihat tatapan matanya yang tulus.
“Makasih buat apa? Yang tadi? Hahaha.. itu kebetulan doang kok.” Jawabku sambil tertawa palsu. Aku sudah tidak tahan lama-lama bersamanya, aku merasa sangat gugup. Rasanya aku ingin berlari dan berteriak mengeluarkan semua kebahagiaanku saat ini.
“Bukan hanya buat yang tadi, tapi buat semuanya Ness.”
“Semuanya apaan?” tanyaku tak mengerti. Kali ini aku benar-benar tak sanggup. Dia menggenggam tanganku, menatapku dekat.
“Aness.. aku tahu waktu itu sebenarnya gak ada gempa. Dan aku juga tahu kamu yang isi semua soal biologi aku. Kamu juga rela kena bola supaya aku mau belajar lewat kelompok yang kamu bikin sendiri itu kan. Dan tadi, kamu pasti khawatir sama keadaan aku makanya kamu datang ketempat itu kan. Ness, kamu salah suka sama aku karena aku ini bukan cowok baik-baik. Aku gak bisa jadi apa-apa buat kamu. Aku gak bisa jadi orang sehebat kamu Ness, maka dari itu kamu harus cari laki-laki yang hebat, yang baik, yang bisa senangin hati kamu.”
Aku kaget, dari mana dia tahu itu. Dan sekarang dia sudah tau segalanya, termaksud perasaanku. Tapi kenapa dia malah merendahkan dirinya sendiri.
“Gi.. aku lakuin itu karena kamu bukan karena aku hebat. Kamu yang buat aku jadi hebat. Aku suka kamu seperti apa adanya diri kamu”
“Gak Ness. Kamu gak tahu gimana perasaan aku setiap melihat kamu, aku malu Ness, aku malu. Aku ini gak ada gunanya. Lagi pula sebentarlagi aku akan pergi Ness. Jadi aku gak akan ngerepotin kamu lagi.” ucapnya sambil tersenyum manis padaku.
“Maksud kamu apa Gi? Kamu mau pergi kemana?” tanyaku tak mengerti. Perasaanku mendadak tidak enak. Aku takut, aku takut kehilangannya. Aku rela melakukan apapun untuknya asalkan aku dapat melihatnya setiap hari. Air mataku pun mulai menetes.
“Nanti kamu akan tau.” Balasnya singkat lalu meninggalkanku sendiri.
**Mulai hari ini dan hari-hari kedepannya, aku tak akan menemui sosoknya lagi. Dia sudah pergi, Gio benar-benar pergi meninggalkanku. Ucapannya waktu itu ternyata benar. Gio di DO oleh pihak sekolah, dan terakhir aku dengar kabar dia pindah bersama keluarganya ke Filipina.
Sekarang inilah kenyataannya, takdir tidak bisa menyatukanku dengannya. Air mataku sudah cukup banyak menemani kesedihanku menerima kenyataan pahit ini. Rasanya sangat sakit, ketika kita sudah terlanjur mencintai seseorang, tapi dia malah pergi dari hidup kita. Terimakasih Tuhan untuk sebuah cinta yang kau beri, walaupun kini cinta itu harus pergi meninggalkanku. Satu hal yang kuminta, Tuhan.. tolong jaga dia dimana pun dia berada saat ini. Amin. - See more at: http://blog.yess-online.com/ketika-cinta-harus-meninggalkanku#sthash.a2KcOiWj.dpuf

lilin cinta

Aku kan menjadi lilin bagimu Yang ikhlas meleleh dan terbakar
Demi menerangi kehidupanmu
Serta mengusir kegelapan dari pandanganmu.

Aku kan menjaga dan menemanimu
Dengan mengorbankan nyawaku
Dan biarkan api cintamu tetap membakar tubuhku Hingga aku mati karena panasnya.

Dan ketika nanti aku padam Nyalakanlah kembali lilin hatimu
Dengan kejujuran, kesetian dan ketulusan Cintamu..

lebah dan kupu-kupu

Dahulu, ada sebuah pulau yang banyak sekali dikunjungi wisatawan. Sebetulnya pulau itu sangat jauh dan terpencil. Namun, apa gerangan yang membuat banyak sekali wisatawan ingin mengunjungi pulau tersebut? Ternyata pemandangan di pulau itu sangat indah, banyak bunga beraneka warna macam dan ragamnya. Selain itu, banyak sekali lebah yang pada akhirnya diternakan oleh para penghuni pulau itu. Wajarlah bila pulau itu terkenal pula dengan madunya yang beraneka rasa, sesuai dengan bunga yang dihisap oleh lebah yang bersangkutan. Dan yang lebih menakjubkan lagi, di situ terdapat ribuan kupu-kupu yang sangat beraneka ragam jenisnya. Mulai dari kupu-kupu yang sangat kecil sampai yang sangat besar. Begitu pula dengan corak sayapnya yang begitu indah dan menakjubkan. Di pulau inilah kita akan terharu dan terpesona oleh kebesaran Tuhan.
Banyak pengunjung maupun perajin memanfaatkan keindahan kupu-kupu itu untuk di buat cindera mata. Mengingat harga cindera mata itu terbilang mahal, maka setiap hari banyak orang yang menangkap atau menjala kupu-kupu tersebut. Karena penangkapan kupu-kupu itu telah berlangsung bertahun-tahun, maka jumlahnyapun semakin berkurang.
Ternyata, di antara keceriaan dan keindahan yang sangat mengagumkan, ada sebuah kesedihan yang mendalam. Di pagi yang cerah, di saat kebanyakan kupu-kupu dan binatang lain menghisap madu, ada seekor kupu-kupu besar dan sangat indah diam termenung, hinggap di sebuah daun. Tak lama kemudian, datanglah seekor lebah menyapanya.
“Hei, Kupu-kupu! Kenapa kamu termenung sedih di situ?” Lalu kupu-kupu menjawab, “Oh, Lebah engkau tahu keberadaan pulau ini sekarang? Banyak sekali pengunjung dan pengrajin yang sengaja menangkap teman-temanku untuk dijadikan cindera mata. Sedangkan kelompok lebah tidak ada yang berani mengganggu, apalagi menangkap. Bahkan lebah diternakkan sehingga jumlahnya justru semakin banyak. Sedangkan kelompok kupu-kupu mungkin suatu saat akan punah jika banyak orang yang menangkap kupu-kupu tanpa ada batasannya. Apalagi jika menggunakan jaring,” jelas kupu-kupu. Dengan berurai air mata, kupu-kupu tersebut mengutarakan semua itu pada lebah.
Lebah merasa iba mendengar cerita kupu-kupu, maka ia pun meninggalkan kupu-kupu kembali ke sarangnya. Ia menceritakan kisah sedih ini kepada teman-temannya. Akhirnya mereka bersepakat menolong Kupu-kupu tersebut. Jika mereka melihat pengunjung atau pengrajin yang hendak menangkap kupu-kupu, maka lebah-lebah pun akan berada di sekelilingnya sehingga orang-orang tidak jadi menangkap kupu-kupu karena takut disengat lebah.
Benar juga, para pengunjung dan pengrajin kupu-kupu tidak berani menangkap kupu-kupu. Mereka menyadari perlunya menjaga keberadaan dan melestarikan kupu-kupu di pulau itu. Para perajin, pedagang cindera mata, dan pengunjung mematuhi peraturan tersebut, bahwa mereka hanya diperbolehkan mengambil kupu-kupu yang sudah mati untuk dijadikan cindera mata ataupun sebagai bahan penelitian. Jumlah kupu-kupu yang mati ternyata cukup banyak, karena setelah bertelur, mereka tidak bertahan hidup lebih lama lagi.
Setelah situasi tenang dan kehidupan berbagai binatang dan serangga di situ merasa aman, kupu-kupu pun mencari lebah yang telah menolongnya. Akhirnya bertemulah mereka. kupu-kupu sangat berterimakasih kepada lebah yang menyelamatkannya dari kepunahan. Sampai sekarang, pulau itu dikenal dengan nama ”Pulau Kupu-kupu” yang selalu dipenuhi wisatawan dalam negeri maupun mancanegara.