mutiara hikmah

Frame4

i love it .

,.saya suka sekali ^_^

Jumat, 22 Agustus 2014

SESAL


Pahit. . . .
Memang pahit rasanya
Remuk sudah harapan itu
Hujan di wajah tiada henti
Petir yang menggelegar
Ombak menghantam dengan ganasnya
Bumi yang bergoncang hebat
Tangisan, Teriakan, Ketakutan
Gelisah, Semua jadi satu
Runtuh sudah impian
Langit pecah
Darah mengalir dengan derasnya
Bumi mulai memerah panas
Semua tlah rata
Rata serata ratanya

Kamis, 14 Agustus 2014


Wahai rakyatku . .
Berapa kali kita pemilu
Berapa kali anda menyoblos
Apakah anda tau politik?
Pemilu itu LUBER
Tapi mengapa . . .
Mengapa denganmu
Kini kau terang - terangan mengucap
Aku pilih no ......
Apakah anda yakin memilih itu ?
Itu bukan LUBER
Anda orang yang tak berpendidikan
Ingat itu

Tlah pergi


Ingin rasa ini ku ucapkan
Rasa sakit yang tlahku buat
Tlah lama kau bertahan
Perih hatimu merasakannya
Berapa kaliku lakukan ini...
Membuatmu sungai di pipimu
Menggoreskan luka di hati
Membendung rindu di hatimu
Ku-tlah jadi bintang dilangit
Tuk temani hidupmu
Lalui hitam putih kehidupan
Pantaskah aku masih bersamamu....
Takku sangka kau begitu tegar
Saatku menghilang di balik awan
Saatku pergi jauh dari hatimu
Kau masih menungguku kembali
Inginku bicara....
Temani-mu melawan mentari
Tuk lalui hitam putih hidup ini
Tak kusangka kan jadi begini

AYAH SEGALANYA UNTUKKU


Ayah..
Beribu kata telah kau ucapkan..
Beribu cinta tlah kau berikan ..
Beribu kasih telah kau curahkan..
Hanya untuk anak mu..

Ayah..
Kau ajarkan ku tentang kebaikan..
Kau tunjukan ku tentang arti cinta..
Kau jelaskan ku tentang makna kehidupan..
Dan kau mendidik ku dengan sungguh kasih sayang..

Ayah..
Betapa mulianya hati mu..
Kau korbankan segalanya demi anak mu..
Kau banting tulang hanya untuk anak mu..

Kini ku berjanji untuk semua kerja keras mu..
Ku berjanji untuk semua kasih sayang mu..
Dan ku berjanji untuk ketulusan hati mu..
Bahwa aku akan selalu menjaga mu..
Aku akan selalu menyayangi mu hingga akhir hiup ku..

Terima kasih ayah untuk semua kasih sayang mu..

GETAR MALAM RINDUKU


Ingin ku gali gundukan itu
Dan mencabut papan nama setiap dukaku
Biarlah nafasku memeluk tentangmu
Puisi-puisi gelap menimangku

Sajak berairmata merangkulku
Dan merambatkan tiap ratap disekitar gelap
Seolah kau utus jangkrik untuk memejamkan lelahku
Nyanyi cerita tentang dahaga merindu
Seolah kau titipkan restumu
Lewat dingin malam menyuap

Mantra-mantra penghapus basah tatapku
Tiap dendang lantun macapat mengiring sendu
Seperti suara hati yang tersampaikan padaku
Bahkan suara gitar berbeda saat anganku

Menuju kenangmu
Getar yang mencakar, melahirkan syair bak
pujangga berlagu
Ini untukmu, itu buatmu, dan doa sebagai bhaktiku