NO
|
SUASANA
|
TOKOH
|
DIALOG DAN PERLENGKAPAN
|
1
|
1.
|
TELAGA MENARI DENGAN TATAPAN TAJAM
BERARTI, SELURUH KECANTIKAN WANITA TERPANCAR DARI SENYUM YANG
MEMIKAT.
|
TELAGA
|
Tidak ada dialog
|
Soundnya tari legong keraton, durasi 2 menit.
|
Pencahayaan lampu terang hanya menyoroti telaga
saja, letak di depan pojok kanan.
|
2
|
2.
|
DUDUK DI BELAKANG, MELIHAT DENGAN
TATAPAN YANG TAJAM TERHADAP TELAGA DENGAN WAJAH TENANG,
PENGHARAPAN YANG DALAM KE MASA YANG AKAN DATANG.
|
LUH KAMBREN
|
Perlahan lampu menyoroti telaga yang sedang menari
di sebelah kanan tengah
|
|
“sudah tiang katakan, tugeg adalah murid terbaik
yang pernah tiang miliki. Tugeg tau, tiang sudah puluhan
tahuntidak ingin mengajari seseorang menari, melelahkan. Karena
mereka sering tidak serius. Tugeg menguasai tari legong dalam dua
hari. Luar biasa.”
|
|
Lampu terang menyorot di sebelah kiri tengah.
|
|
3.
|
BERDIRI DEHGAN MEMEGANG KURSI,
PERLAHAN MELANGKAH MENDEKATI TELAGA, MENGHENTIKAN TELAGA MENARI.
MEMELUKNYA DENGAN BAHAGIA
|
“Ambil semua taksu yang tiang punya. Tugeg
memang pilihan. Ingat, ( mengangkat wajah telaga ) tugeg harus
rajin membawa sesaji ke pura setiap bulan terang dan bulan mati.
Mohon pada hyang widhi agar tugeg selalu bisa menari dengan baik.”
|
|
Lampu terang menyoroti luh kambren di sebelah kiri
tengah dan menyoroti telaga di kanan tengah perlahan lampu luh
kambren mendekat ke telaga.
|
|
4.
|
TELAGA MEMANDANG LUH KAMBREN DENGAN
MALU AKAN KEPANDAIANYA DAN PESAN YANG BEGITU BAIK
|
LUH KAMBREN
|
“ sekarang tugeg sudah menjadi perempuan yang
sangat lengkap, tugeg cantik, pandai menari dan seorang putri
bangsawan, tugeg memiliki seluruh keindahan bumi ini.”
|
|
TELAGA
|
“ ( malu ) meme jangan aneh-aneh.”
|
|
LUH KAMBREN
|
“ ( menatap tajam ) tiang tidak main-main.”
|
|
TELAGA
|
“ ya. Tiang merasakan meme sayang pada tiang..
Dulu ( meragukan ) tiang pikir meme tidak bisa di ajak bicara (
menunduk, malu menatap luh kambren ).”
|
|
Lampu tetap di posisi telaga.
|
|
5.
|
LUH KAMBREN TERTAWA MENDENGARNYA.
TELAGA DAN LUH KAMBEN PERLAHAN MELANGKAH KE TERAS RUMAH
|
TELAGA
|
“ ( menebak ) meme pasti dulu sangat cantik.”
|
|
LUH KAMBREN
|
“ ( terkejut, memandang telaga, duduk perlahan )
tugeg tahu dari mana? ( mengalihkan pandangan ) tiang sudah tua.”
|
|
Lampu menyoroti telaga dan luh kambren berjalan ke
central.
|
|
6.
|
TELAGA
DUDUK DI SAMPING LUH KAMBREN, SAMBIL MEMINUM AIR YANG TERSEDIA
|
TELAGA
|
“orang-orang di luar sana sering bercerita. (
bangga ) mereka berkata tiang beruntung bisa belajar tari dari
meme. Kata mereka, ( membandingkan ) sekolah seni yang mampu
membayar mahal untuk meme saja di tolak. ( bingung ) kenapa? (
berkhayal ) padahal kalau meme mau mengajar di sekolah seni, meme
pasti dapat uang banyak, meme juga akan di undang ke luar negri. (
berharap ) tiang ingin ke luar negri. Hidup di sana pasti enak.”
|
|
7.
|
LUH KAMBREN MARAH, TELAGA BINGUNG
TERHADAP DIRINYA. APA YANG IA LAKUKAN SEHINGGA MEMBUAT LUH KAMBREN
MARAH
|
LUH KAMMBREN
|
“( marah ) itu namanya ketololan.”
|
|
musik agak keras 3 detik saat luh kambern mau
bicara.
|
|
Sorot lampu ke luh kambren merah di central.
|
|
TELAGA
|
“ ketololan? ( bingung ) tiang tidak mengerti.”
|
|
Lampu sedikit redup sebentar mengikuti telaga ke
arah kiri depan.
|
|
8.
|
LUH KAMBREN MULAI REDA DARI
KEMARAHANNYA.
|
LUH KAMBREN
|
“ tugeg, ( meyakinkan ) tugeg harus catat
kata-kata tiang ini. Bagi perempuan bali bekerja adalah membuat
sesaji, sembayang dan menari untuk upacara. Itu yang membuat
kesenian ini tetap bertahan. ( membayangkan ) orang-orang dulu
tidak membedakan mana aktivitasnya sebagai dirinya dan mana
aktivitasnya dalam kesenian. Mereka menari karena ada
upacara-upacara di pura. ( membandingkan ) sekarang? Tidak lagi. (
prihatin ) tiang dilahirkan untuk menjaga taksu tari. Taksu yang
mulai di rusak oleh orang-orang yang makan sekolahan terlalu
kenyang. Mereka tidak tahu seperti apa inspirasiitu keluar dan
mengganggu pikiran seorang pencipta tari. ( memaki ) mereka
tinggal menjualnya, mempertontonkan kita di hadapan orang-orang
asing. Mereka tidak belajar dari orang-orang luar, bagaimana harus
menyelamatkan peradapan yang sangat mahal ini. Peradaban yang
tidak bisa di beli dengan usia sekalipun.”
|
|
Alunan biola dengan lampu biru menyoroti luh
kambren di central dan telaga di kiri depan.
|
|
TELAGA
|
” ( senang ) tiang bersyukur mengenal meme.”
|
|
Iringan musik senandung pelan, lampu mulai sedikit
redup.
|
|
9.
|
TELAGA BERDIRI MERAPIKAN PAKAIANNYA,
MELEPASKAN PERLENGKAPAN MENARI. LUH KAMBREN MASIH DUDUK DENGAN
TATAPAN KOSONG.
|
LUH KAMBREN
|
” ( rendah hati ) tiang tidak memerluhkan
pengakuan atau tercatat dalam sejarah. Tidak. Orang-orang dulu
sudah senang karya mereka menjadi hiasan di pura. Itu pengapdian
yang sesungguhnya. ( mengingat-ngingat ) dulu tiang senag mengajar
di sekolah tinggi. Murid-muridnya terlihat serius untuk
memperdalam tari. ( kecewa ) sayangnya, mereka tidak berusaha
untuk menyimpan dan mencatat untuk kepentingan mereka sendiri.
Mereka belajar untuk sekedar lulus. Mereka tidak menginginkan yang
lebih. Meneliti, misalnya. ( membandingkan ) justru orang-orang
asing yang sering mengunjungi tiang, bertanya banyak hal. (
merendahkan diri ) tiang perempuan bodoh, tidak bisa membaca,
tidak bisa menulis. Yang tiang herankan. ( bingung ) ke mana
larinya orang-orang yang sudah kenyang makan sekolahan itu? Kenapa
bukan mereka yang menulis tentang bumi ini, peradaban ini? Tiang
tidak mengerti. ( kecewa ) bahkan, mereka tega menawari tiang
untuk jadi tontonan di hotel-hotel dengan bayaran yang sangat
tidak pantas. ( menyesal ) semua telah berubah. Tiang jadi tidak
mengenal tanah kelahiran tiang sendiri.
|
|
Soundnya sedih
|
|
Lampu merah remang-remang menyoroti luh kambren.
|
|
10.
|
TELAGA TERDIAM MENDENGAR OMONGAN LUH
KAMBREN. TELAGA MENATAP LUHs KAMBREN.
|
LUH KAMBREN
|
” hidupku hanya untuk menari.”
|
|
11.
|
TELAGA MERLARI MEMELUK LUH KAMREN
DENGAN MENANGIS.
|
|
|
|
3
|
|
12.
|
UTUSAN DARI PURI DATANG MENEMUI LUH
KAMBRENUNTUK MENYAMPAIKAN LAMARAN RAJA
|
UTUSAN RAJA
|
Lampu menyoroti utusan raja yang berjalan dari
kanan belakang, lampu luh kambren remang’ di central. Setelah
bertemu lampu mulai terang.
|
|
” tiang datang kemari atas perintah rajauntuk
menyampaikan pesan buat kambren”
|
|
13.
|
LUH
KAMBREN MENERIMA PESAN ITU. LUH KAMBREN TENAN MENGHADAPI UTUSAN
RAJA ITU.
|
LUH KAMBREN
|
” ( tenang ) baik pesan ini saya terima.
Sekarang kamu pulang ke gria, bilang pada raja, tiang akan
menjawab pesan itu besok, dan ( memastikan ) raja datang menemui
tiang.”
|
|
UTUSAN RAJA
|
” ya. ( paham ) tiang tahu. Tiang akan sampaikan
kepada raja.” ( pergi meninggalkan luh kambren )
|
|
Lampu menyoroti utusan raja dari sentral ke kanan
belakang, perlahan-lahan lampu itu remang-ramang dan mati. Lampu
masih tetap menyoroti luh kambren.
|
|
14.
|
RAJA DAN UTUSANNYA DATANG MENEMUI LUH
KAMBREN
|
RAJA
|
Lampu ramang-remang perlahan terang menyoroti raja
dan utusannya dari sebelah kiri belakang menuju luh kambren di
central.
|
|
Diiringi lagu khas penyambutan raja dari istana.
|
|
” ( bahagia ) kambren, tiang datang untuk
mendengar jawabanmu dari pesan tiang kemarin.
|
|
LUH KAMBREN
|
” ( tenang ) maafkan tiang ratu, aku bukan
perempuan suci lagi. Seorang raja akan mengalami pralaya bila
menikah dengan perempuan sudra seperti aku. Aku sering tidur
dengan laki-laki sudra. ( mengingatkan ) seorang raja harus
mendapatkan perempuan suci untuk kebesarannya. ( memastikan )
katakan pada tiang, apa pantas seorang rajamenikah dengan
perempuan seperti aku? Perempuan bekas?”
|
|
RAJA
|
” benar katamu luh ( kecewa ).”
|
|
LUH KAMBREN
|
” masih maukah raja menerima tiang?”
|
|
RAJA
|
( terdiam )
|
|
LUH KAMBREN
|
” masih banyak perempuan suci, jangan bergantung
pada tiang. Tiang mohon raja jangan mengambil resiko ini.”
|
|
RAJA
|
” ( tegas ) baik, tiang tidak akan melamarmu,
menjadikanmu seorang selir di puraku. Tapi . . . . . .
|
|
LUH KAMBREN
|
” ( bahagia ) tapi apa raja....”
|
|
RAJA
|
” ( mengingatkan ) tapi kau harus berjanji, kau
harus melatih anak tiang menari di pura.”
|
|
LUH KAMBREN
|
” ( bangga ) baik raja, tiang terima perintah
raja. Tiang senang perintah raja. Tiang lebih bangga menjadi
pelatih penari di pura. Dibandingkan menjadi seorang selir raja
yang nantinya akan mendapatkan pralaya yang mana akan menjadikan
kesialan bagi tiang dan raja.”
|
|
15.
|
RAJA DAN UTUSANNYA PERGI MENINGGALKAN
LUH KAMBREN SENDIRI. LUH MERASA BAHAGIA BISA MENOLAK LAMARAN RAJA.
|
|
Lampu terang menyoroti raja dan utusannya dari
central menuju ke kiri belakang ke redup dengan perlahan-lahan.
Setelah lampu raja mati kemudian lampu luh kambren perlahan
remang-ramang ke redup dan mati.
|
|
4
|
|
16.
|
LUH
KAMBREN DATANG MENEMUI TELAGA YANG SEDANG MENYIAPKAN PAKAIAN UNTUK
MENARI. DUDUK DI SAMPINGTELAGA MEMBANTU MENYIAPKAN PAKAIAN.
|
LUH KAMBREN
|
Lampu menyoroti luh kambren dari sebelah kanan
tengah dari redup hingga terang menuju telaga di central. Lampu di
telaga remang-remang, saat luh kambren bersama telaga lampu mulai
terang.
|
|
” tiang masih perawan, tugeg. Tidak ada
laki-laki yang pernah menyentuh tiang. ( tertawa )tugeg jangan
katakan ini pada orang-orang. Biarlah orang-orang punya cerita
tentang kebinalan tiang. Lucu, hidup benar-benar sebuah permainan
yang meloncat-loncat ( serius menatap telaga )”.
|
|
TELAGA
|
” ( penasaran ) meme tidak pernah menaruh hati
pada laki-laki.”
|
|
LUH KAMBREN
|
” ( kaget ) mengapa tugeg bertanya seperti itu?”
|
|
TELAGA
|
” ( meragukan ) pertanyaan tiang salah?”
|
|
LUH KAMBREN
|
” ( acuh ) tidak.”
|
|
TELAGA
|
” ( merayu ) meme mau bercerita?”
|
|
LUH KAMBREN
|
” ( lebih acuh ) tidak menarik.”
|
|
TELAGA
|
” ( merayu ) tiang ingin mendengarnya.”
|
|
17.
|
LUH KAMBREN DUDUK MATANYA MENERAWANG
JAUH. DIA MULAI BERCERITA, SUARANYA SANGAT PELAN, SEBNTAR-SEBENTAR
MENARIK NAFAS.
|
|
Lampu perlahan-lahan berubah menjadi biru,
soundnya perlahan sedu dan tenang.
|
|