mutiara hikmah

Frame4

i love it .

,.saya suka sekali ^_^

Minggu, 18 Januari 2015

siti nurbaya

     
    Di Kota Padang pada awal abad ke-20, Samsulbahri dan Sitti Nurbaya – anak dari bangsawan Sutan Mahmud Syah dan Baginda Sulaiman – adalah tetangga dan teman kelas yang masih remaja. Mereka mulai jatuh cinta, tetapi hanya bisa mengakui hal tersebut setelah Samsu mengaku bahwa dia hendak ke kota Batavia (sekarang Jakarta) untuk melanjutkan pendidikannya. Setelah menghabiskan waktu bersama di daerah perbukitan, Samsu dan Nurbaya berciuman di depan rumah. Ketika ditangkap basah oleh ayah Nurbaya serta para tetangga, Samsu dikejar dari Padang dan pergi ke Batavia.
Sementara, Datuk Meringgih, yang iri atas kekayaan Sulaiman dan mengkhawatirkan persaingan bisnis, berusaha untuk menjatuhkannya. Anak buah Meringgih menghancurkan hak milik Sulaiman, yang membuatnya menjadi bangkrut dan terpaksa meminjam uang dari Meringgih. Ketika Meringgih datang untuk minta utang itu dilunasi, Nurbaya menawarkan diri sebagai istrinya, dengan syarat utang ayahnya harus dianggap beres; Datuk Meringgih setuju.
   Dalam suatu surat ke Samsu, Nurbaya menyatakan bahwa mereka tidak dapat bersama lagi. Namun, setelah muak dengan watak Meringgih yang kasar itu, Nurbaya melarikan diri ke Batavia supaya bisa bersama Samsu; mereka akhirnya jatuh cinta kembali. Setelah dia menerima sepucuk surat yang menyatakan bahwa ayahnya telah meninggal, Nurbaya kembali ke kota Padang, di mana dia meninggal setelah makan kue yang ternyata telah diberi racun oleh anak buah Meringgih. Setelah menerima kabar itu, Samsu berusaha bunuh diri di taman umum, namun tak berhasil.
Sepuluh tahun kemudian, Meringgih memimpin suatu revolusi melawan pemerintah Hindia Belanda sebagai protes atas kenaikan pajak. Dalam revolusi ini, Samsu–yang ternyata menjadi prajurit di bawah pimpinan Belanda dan dikenal dengan nama Letnan Mas–menemukan dan membunuh Meringgih, tetapi dia sendiri terluka berat. Setelah bertemu dengan ayahnya dan memohon maaf, dia meninggal.

bekisar merah

    
Awalnya hidup Lasi bahagia, walaupun hanya menjadi istri dari seorang penyadap nira di sebuah kampung pedalaman bernama Karangsoga. Kesibukannya tiap hari adalah mengolah nira hasil panen suaminya menjadi gula kelapa. Walaupun jauh dari kecukupan, hidup bersama seorang yang sangat dicintai adalah suatu kebahagiaan tersendiri bagi Lasi. Bahkan, ketika suatu kecelakaan membuat Darsa, suami Lasi, tidak mampu memberikan nafkah lahir dan batin, Lasi tetap setia. Namun, kesetiaan itu mendapat ujian.
Tak tahan dengan pengkhianatan Darsa, Lasi minggat. Dengan menumpang truk muatan barang, sampailah dia di pinggiran ibukota. Takdir mempertemukan Lasi dengan Bu Lanting. Seorang kaya yang memperlakukan Lasi dengan istimewa. Bukan tanpa alasan. Aturan yang selama ini diyakini Lasi kebenarannya mulai terbukti. Aturan bahwa tak ada pemberian tanpa menuntut imbalan. Dan siapa mau menerima harus mau pula memberi. Bu Lanting menjual Lasi kepada Pak Han, seorang konglomerat ibukota.

  Sejak saat itu hidup Lasi tak ubahnya seekor bekisar, unggas cantik yang sering menjadi hiasan rumah orang kaya. Dengan kemewahan hidup sekarang, Lasi yang merupakan keturunan Jepang dan berparas ayu, tidak juga merasakan kebahagiaan. Harapan melepaskan diri dari belenggu Pak Han muncul ketika Lasi bertemu dengan Kanjat, sahabat masa kecilnya.

tarian bumi bagian 2


NO
SUASANA
TOKOH
DIALOG DAN PERLENGKAPAN
1
1.
TELAGA MENARI DENGAN TATAPAN TAJAM BERARTI, SELURUH KECANTIKAN WANITA TERPANCAR DARI SENYUM YANG MEMIKAT.
TELAGA
Tidak ada dialog
Soundnya tari legong keraton, durasi 2 menit.
Pencahayaan lampu terang hanya menyoroti telaga saja, letak di depan pojok kanan.
2
2.
DUDUK DI BELAKANG, MELIHAT DENGAN TATAPAN YANG TAJAM TERHADAP TELAGA DENGAN WAJAH TENANG, PENGHARAPAN YANG DALAM KE MASA YANG AKAN DATANG.
LUH KAMBREN
Perlahan lampu menyoroti telaga yang sedang menari di sebelah kanan tengah


“sudah tiang katakan, tugeg adalah murid terbaik yang pernah tiang miliki. Tugeg tau, tiang sudah puluhan tahuntidak ingin mengajari seseorang menari, melelahkan. Karena mereka sering tidak serius. Tugeg menguasai tari legong dalam dua hari. Luar biasa.”


Lampu terang menyorot di sebelah kiri tengah.


3.
BERDIRI DEHGAN MEMEGANG KURSI, PERLAHAN MELANGKAH MENDEKATI TELAGA, MENGHENTIKAN TELAGA MENARI. MEMELUKNYA DENGAN BAHAGIA
“Ambil semua taksu yang tiang punya. Tugeg memang pilihan. Ingat, ( mengangkat wajah telaga ) tugeg harus rajin membawa sesaji ke pura setiap bulan terang dan bulan mati. Mohon pada hyang widhi agar tugeg selalu bisa menari dengan baik.”


Lampu terang menyoroti luh kambren di sebelah kiri tengah dan menyoroti telaga di kanan tengah perlahan lampu luh kambren mendekat ke telaga.


4.
TELAGA MEMANDANG LUH KAMBREN DENGAN MALU AKAN KEPANDAIANYA DAN PESAN YANG BEGITU BAIK
LUH KAMBREN
“ sekarang tugeg sudah menjadi perempuan yang sangat lengkap, tugeg cantik, pandai menari dan seorang putri bangsawan, tugeg memiliki seluruh keindahan bumi ini.”


TELAGA
“ ( malu ) meme jangan aneh-aneh.”


LUH KAMBREN
“ ( menatap tajam ) tiang tidak main-main.”


TELAGA
“ ya. Tiang merasakan meme sayang pada tiang.. Dulu ( meragukan ) tiang pikir meme tidak bisa di ajak bicara ( menunduk, malu menatap luh kambren ).”


Lampu tetap di posisi telaga.


5.
LUH KAMBREN TERTAWA MENDENGARNYA. TELAGA DAN LUH KAMBEN PERLAHAN MELANGKAH KE TERAS RUMAH
TELAGA
“ ( menebak ) meme pasti dulu sangat cantik.”


LUH KAMBREN
“ ( terkejut, memandang telaga, duduk perlahan ) tugeg tahu dari mana? ( mengalihkan pandangan ) tiang sudah tua.”


Lampu menyoroti telaga dan luh kambren berjalan ke central.


6.
TELAGA DUDUK DI SAMPING LUH KAMBREN, SAMBIL MEMINUM AIR YANG TERSEDIA

TELAGA
“orang-orang di luar sana sering bercerita. ( bangga ) mereka berkata tiang beruntung bisa belajar tari dari meme. Kata mereka, ( membandingkan ) sekolah seni yang mampu membayar mahal untuk meme saja di tolak. ( bingung ) kenapa? ( berkhayal ) padahal kalau meme mau mengajar di sekolah seni, meme pasti dapat uang banyak, meme juga akan di undang ke luar negri. ( berharap ) tiang ingin ke luar negri. Hidup di sana pasti enak.”


7.
LUH KAMBREN MARAH, TELAGA BINGUNG TERHADAP DIRINYA. APA YANG IA LAKUKAN SEHINGGA MEMBUAT LUH KAMBREN MARAH
LUH KAMMBREN
“( marah ) itu namanya ketololan.”


musik agak keras 3 detik saat luh kambern mau bicara.


Sorot lampu ke luh kambren merah di central.


TELAGA
“ ketololan? ( bingung ) tiang tidak mengerti.”


Lampu sedikit redup sebentar mengikuti telaga ke arah kiri depan.


8.
LUH KAMBREN MULAI REDA DARI KEMARAHANNYA.
LUH KAMBREN
“ tugeg, ( meyakinkan ) tugeg harus catat kata-kata tiang ini. Bagi perempuan bali bekerja adalah membuat sesaji, sembayang dan menari untuk upacara. Itu yang membuat kesenian ini tetap bertahan. ( membayangkan ) orang-orang dulu tidak membedakan mana aktivitasnya sebagai dirinya dan mana aktivitasnya dalam kesenian. Mereka menari karena ada upacara-upacara di pura. ( membandingkan ) sekarang? Tidak lagi. ( prihatin ) tiang dilahirkan untuk menjaga taksu tari. Taksu yang mulai di rusak oleh orang-orang yang makan sekolahan terlalu kenyang. Mereka tidak tahu seperti apa inspirasiitu keluar dan mengganggu pikiran seorang pencipta tari. ( memaki ) mereka tinggal menjualnya, mempertontonkan kita di hadapan orang-orang asing. Mereka tidak belajar dari orang-orang luar, bagaimana harus menyelamatkan peradapan yang sangat mahal ini. Peradaban yang tidak bisa di beli dengan usia sekalipun.”


Alunan biola dengan lampu biru menyoroti luh kambren di central dan telaga di kiri depan.


TELAGA
” ( senang ) tiang bersyukur mengenal meme.”


Iringan musik senandung pelan, lampu mulai sedikit redup.


9.
TELAGA BERDIRI MERAPIKAN PAKAIANNYA, MELEPASKAN PERLENGKAPAN MENARI. LUH KAMBREN MASIH DUDUK DENGAN TATAPAN KOSONG.
LUH KAMBREN
” ( rendah hati ) tiang tidak memerluhkan pengakuan atau tercatat dalam sejarah. Tidak. Orang-orang dulu sudah senang karya mereka menjadi hiasan di pura. Itu pengapdian yang sesungguhnya. ( mengingat-ngingat ) dulu tiang senag mengajar di sekolah tinggi. Murid-muridnya terlihat serius untuk memperdalam tari. ( kecewa ) sayangnya, mereka tidak berusaha untuk menyimpan dan mencatat untuk kepentingan mereka sendiri. Mereka belajar untuk sekedar lulus. Mereka tidak menginginkan yang lebih. Meneliti, misalnya. ( membandingkan ) justru orang-orang asing yang sering mengunjungi tiang, bertanya banyak hal. ( merendahkan diri ) tiang perempuan bodoh, tidak bisa membaca, tidak bisa menulis. Yang tiang herankan. ( bingung ) ke mana larinya orang-orang yang sudah kenyang makan sekolahan itu? Kenapa bukan mereka yang menulis tentang bumi ini, peradaban ini? Tiang tidak mengerti. ( kecewa ) bahkan, mereka tega menawari tiang untuk jadi tontonan di hotel-hotel dengan bayaran yang sangat tidak pantas. ( menyesal ) semua telah berubah. Tiang jadi tidak mengenal tanah kelahiran tiang sendiri.


Soundnya sedih


Lampu merah remang-remang menyoroti luh kambren.


10.
TELAGA TERDIAM MENDENGAR OMONGAN LUH KAMBREN. TELAGA MENATAP LUHs KAMBREN.
LUH KAMBREN
” hidupku hanya untuk menari.”


11.
TELAGA MERLARI MEMELUK LUH KAMREN DENGAN MENANGIS.





3


12.
UTUSAN DARI PURI DATANG MENEMUI LUH KAMBRENUNTUK MENYAMPAIKAN LAMARAN RAJA
UTUSAN RAJA
Lampu menyoroti utusan raja yang berjalan dari kanan belakang, lampu luh kambren remang’ di central. Setelah bertemu lampu mulai terang.


” tiang datang kemari atas perintah rajauntuk menyampaikan pesan buat kambren”


13.
LUH KAMBREN MENERIMA PESAN ITU. LUH KAMBREN TENAN MENGHADAPI UTUSAN RAJA ITU.

LUH KAMBREN
” ( tenang ) baik pesan ini saya terima. Sekarang kamu pulang ke gria, bilang pada raja, tiang akan menjawab pesan itu besok, dan ( memastikan ) raja datang menemui tiang.”


UTUSAN RAJA
” ya. ( paham ) tiang tahu. Tiang akan sampaikan kepada raja.” ( pergi meninggalkan luh kambren )


Lampu menyoroti utusan raja dari sentral ke kanan belakang, perlahan-lahan lampu itu remang-ramang dan mati. Lampu masih tetap menyoroti luh kambren.


14.
RAJA DAN UTUSANNYA DATANG MENEMUI LUH KAMBREN
RAJA
Lampu ramang-remang perlahan terang menyoroti raja dan utusannya dari sebelah kiri belakang menuju luh kambren di central.


Diiringi lagu khas penyambutan raja dari istana.


” ( bahagia ) kambren, tiang datang untuk mendengar jawabanmu dari pesan tiang kemarin.


LUH KAMBREN
” ( tenang ) maafkan tiang ratu, aku bukan perempuan suci lagi. Seorang raja akan mengalami pralaya bila menikah dengan perempuan sudra seperti aku. Aku sering tidur dengan laki-laki sudra. ( mengingatkan ) seorang raja harus mendapatkan perempuan suci untuk kebesarannya. ( memastikan ) katakan pada tiang, apa pantas seorang rajamenikah dengan perempuan seperti aku? Perempuan bekas?”


RAJA
” benar katamu luh ( kecewa ).”


LUH KAMBREN
” masih maukah raja menerima tiang?”


RAJA
( terdiam )


LUH KAMBREN
” masih banyak perempuan suci, jangan bergantung pada tiang. Tiang mohon raja jangan mengambil resiko ini.”


RAJA
” ( tegas ) baik, tiang tidak akan melamarmu, menjadikanmu seorang selir di puraku. Tapi . . . . . .


LUH KAMBREN
” ( bahagia ) tapi apa raja....”


RAJA
” ( mengingatkan ) tapi kau harus berjanji, kau harus melatih anak tiang menari di pura.”


LUH KAMBREN
” ( bangga ) baik raja, tiang terima perintah raja. Tiang senang perintah raja. Tiang lebih bangga menjadi pelatih penari di pura. Dibandingkan menjadi seorang selir raja yang nantinya akan mendapatkan pralaya yang mana akan menjadikan kesialan bagi tiang dan raja.”


15.
RAJA DAN UTUSANNYA PERGI MENINGGALKAN LUH KAMBREN SENDIRI. LUH MERASA BAHAGIA BISA MENOLAK LAMARAN RAJA.

Lampu terang menyoroti raja dan utusannya dari central menuju ke kiri belakang ke redup dengan perlahan-lahan. Setelah lampu raja mati kemudian lampu luh kambren perlahan remang-ramang ke redup dan mati.


4


16.
LUH KAMBREN DATANG MENEMUI TELAGA YANG SEDANG MENYIAPKAN PAKAIAN UNTUK MENARI. DUDUK DI SAMPINGTELAGA MEMBANTU MENYIAPKAN PAKAIAN.

LUH KAMBREN
Lampu menyoroti luh kambren dari sebelah kanan tengah dari redup hingga terang menuju telaga di central. Lampu di telaga remang-remang, saat luh kambren bersama telaga lampu mulai terang.


” tiang masih perawan, tugeg. Tidak ada laki-laki yang pernah menyentuh tiang. ( tertawa )tugeg jangan katakan ini pada orang-orang. Biarlah orang-orang punya cerita tentang kebinalan tiang. Lucu, hidup benar-benar sebuah permainan yang meloncat-loncat ( serius menatap telaga )”.


TELAGA
” ( penasaran ) meme tidak pernah menaruh hati pada laki-laki.”


LUH KAMBREN
” ( kaget ) mengapa tugeg bertanya seperti itu?”


TELAGA
” ( meragukan ) pertanyaan tiang salah?”


LUH KAMBREN
” ( acuh ) tidak.”


TELAGA
” ( merayu ) meme mau bercerita?”


LUH KAMBREN
” ( lebih acuh ) tidak menarik.”


TELAGA
” ( merayu ) tiang ingin mendengarnya.”


17.
LUH KAMBREN DUDUK MATANYA MENERAWANG JAUH. DIA MULAI BERCERITA, SUARANYA SANGAT PELAN, SEBNTAR-SEBENTAR MENARIK NAFAS.

Lampu perlahan-lahan berubah menjadi biru, soundnya perlahan sedu dan tenang.


tarian bumi


1
TELAGA MENARI DENGAN TATAPAN TAJAM BERARTI, SELURUH KECANTIKAN WANITA TERPANCAR DARI SENYUM YANG MEMIKAT.

2
DUDUK DI BELAKANG, MELIHAT DENGAN TATAPAN YANG TAJAM TERHADAP TELAGA DENGAN WAJAH TENANG, PENGHARAPAN YANG DALAM KE MASA YANG AKAN DATANG.

  1. LUH KAMBREN : “sudah tiang katakan, tugeg adalah murid terbaik yang pernah tiang miliki. Tugeg tau, tiang sudah puluhan tahuntidak ingin mengajari seseorang menari, melelahkan. Karena mereka sering tidak serius. Tugeg menguasai tari legong dalam dua hari. Luar biasa.”

BERDIRI DEHGAN MEMEGANG KURSI, PERLAHAN MELANGKAH MENDEKATI TELAGA, MENGHENTIKAN TELAGA MENARI. MEMELUKNYA DENGAN BANGGA.

  1. LUH KAMBREN :“Ambil semua taksu yang tiang punya. Tugeg memang pilihan. Ingat, ( mengangkat wajah telaga ) tugeg harus rajin membawa sesaji ke pura setiap bulan terang dan bulan mati. Mohon pada hyang widhi agar tugeg selalu bisa menari dengan baik.”

TELAGA MEMANDANG LUH KAMBREN DENGAN MALU AKAN KEPANDAIANYA DAN PESAN YANG BEGITU BAIK.

  1. LUH KAMBREN :“ sekarang tugeg sudah menjadi perempuan yang sangat lengkap, tugeg cantik, pandai menari dan seorang putri bangsawan, tugeg memiliki seluruh keindahan bumi ini.”
  2. TELAGA :“ ( malu ) meme jangan aneh-aneh.”
  3. LUH KAMBREN :“ ( menatap tajam ) tiang tidak main-main.”
  4. TELAGA :“ ya. Tiang merasakan meme sayang pada tiang.. Dulu ( meragukan ) tiang pikir meme tidak bisa di ajak bicara ( menunduk, malu menatap luh kambren ).”

LUH KAMBREN TERTAWA MENDENGARNYA. TELAGA DAN LUH KAMBREN PERLAHAN MELANGKAH KE TERAS RUMAH.

  1. TELAGA :” ( menebak )meme pasti dulu cantik.”
  2. LUH KAMBREN :” ( terkejut, memandang telaga, duduk perlahan ) tugeg tahu dari mana? ( mengalihkan pandangan )tiang sudah tua.

TELAGA DUDUK DI SAMPING LUH KAMBREN, SAMBIL MEMINUM AIR YANG TERSEDIA

  1. TELAGA :“orang-orang di luar sana sering bercerita. ( bangga ) mereka berkata tiang beruntung bisa belajar tari dari meme. Kata mereka, ( membandingkan ) sekolah seni yang mampu membayar mahal untuk meme saja di tolak. ( bingung ) kenapa? ( berkhayal ) padahal kalau meme mau mengajar di sekolah seni, meme pasti dapat uang banyak, meme juga akan di undang ke luar negri. ( berharap ) tiang ingin ke luar negri. Hidup di sana pasti enak.

LUH KAMBREN MARAH, TELAGA BINGUNG TERHADAP DIRINYA. APA YANG IA LAKUKAN SEHINGGA MEMBUAT LUH KAMBREN MARAH.

  1. LUH KAMBREN :“( marah ) itu namanya ketololan.”
  2. TELAGA :“ ketololan? ( bingung ) tiang tidak mengerti.”

LUH KAMBREN MULAI REDA DARI KEMARAHANNYA.

  1. LUH KAMBREN :“ tugeg, ( meyakinkan ) tugeg harus catat kata-kata tiang ini. Bagi perempuan bali bekerja adalah membuat sesaji, sembayang dan menari untuk upacara. Itu yang membuat kesenian ini tetap bertahan. ( membayangkan ) orang-orang dulu tidak membedakan mana aktivitasnya sebagai dirinya dan mana aktivitasnya dalam kesenian. Mereka menari karena ada upacara-upacara di pura. ( membandingkan ) sekarang? Tidak lagi. ( prihatin ) tiang dilahirkan untuk menjaga taksu tari. Taksu yang mulai di rusak oleh orang-orang yang makan sekolahan terlalu kenyang. Mereka tidak tahu seperti apa inspirasiitu keluar dan mengganggu pikiran seorang pencipta tari. ( memaki ) mereka tinggal menjualnya, mempertontonkan kita di hadapan orang-orang asing. Mereka tidak belajar dari orang-orang luar, bagaimana harus menyelamatkan peradapan yang sangat mahal ini. Peradaban yang tidak bisa di beli dengan usia sekalipun.”
  2. TELAGA :” ( senang ) tiang bersyukur mengenal meme.”

TELAGA BERDIRI MERAPIKAN PAKAIANNYA, MELEPASKAN PERLENGKAPAN MENARI. LUH KAMBREN MASIH DUDUK DENGAN TATAPAN KOSONG.

  1. LUH KAMBREN :” ( rendah hati ) tiang tidak memerluhkan pengakuan atau tercatat dalam sejarah. Tidak. Orang-orang dulu sudah senang karya mereka menjadi hiasan di pura. Itu pengapdian yang sesungguhnya. ( mengingat-ngingat ) dulu tiang senag mengajar di sekolah tinggi. Murid-muridnya terlihat serius untuk memperdalam tari. ( kecewa ) sayangnya, mereka tidak berusaha untuk menyimpan dan mencatat untuk kepentingan mereka sendiri. Mereka belajar untuk sekedar lulus. Mereka tidak menginginkan yang lebih. Meneliti, misalnya. ( membandingkan ) justru orang-orang asing yang sering mengunjungi tiang, bertanya banyak hal. ( merendahkan diri ) tiang perempuan bodoh, tidak bisa membaca, tidak bisa menulis. Yang tiang herankan. ( bingung ) ke mana larinya orang-orang yang sudah kenyang makan sekolahan itu? Kenapa bukan mereka yang menulis tentang bumi ini, peradaban ini? Tiang tidak mengerti. ( kecewa ) bahkan, mereka tega menawari tiang untuk jadi tontonan di hotel-hotel dengan bayaran yang sangat tidak pantas. ( menyesal ) semua telah berubah. Tiang jadi tidak mengenal tanah kelahiran tiang sendiri.

TELAGA TERDIAM MENDENGAR OMONGAN LUH KAMBREN. TELAGA MENATAP LUHs KAMBREN.

  1. LUH KAMBREN :” hidupku hanya untuk menari.”

TELAGA MERLARI MEMELUK LUH KAMREN DENGAN MENANGIS.

3
UTUSAN DARI PURI DATANG MENEMUI LUH KAMBRENUNTUK MENYAMPAIKAN LAMARAN RAJA

  1. UTUSAN RAJA :” tiang datang kemari atas perintah raja untuk menyampaikan pesan buat kambren”

LUH KAMBREN MENERIMA PESAN ITU. LUH KAMBREN TENAN MENGHADAPI UTUSAN RAJA ITU.

  1. LUH KAMBREN :” ( tenang ) baik pesan ini saya terima. Sekarang kamu pulang ke gria, bilang pada raja, tiang akan menjawab pesan itu besok, dan ( memastikan ) raja datang menemui tiang.”
  2. UTUSAN RAJA :” ya. ( paham ) tiang tahu. Tiang akan sampaikan kepada raja.” ( pergi meninggalkan luh kambren )

RAJA DAN UTUSANNYA DATANG MENEMUI LUH KAMBREN

  1. RAJA :” ( bahagia ) kambren, tiang datang untuk mendengar jawabanmu dari pesan tiang kemarin.
  2. LUH KAMBREN :” ( tenang ) maafkan tiang ratu, aku bukan perempuan suci lagi. Seorang raja akan mengalami pralaya bila menikah dengan perempuan sudra seperti aku. Aku sering tidur dengan laki-laki sudra. ( mengingatkan ) seorang raja harus mendapatkan perempuan suci untuk kebesarannya. ( memastikan ) katakan pada tiang, apa pantas seorang rajamenikah dengan perempuan seperti aku? Perempuan bekas?”.
  3. RAJA :” benar katamu luh ( kecewa ).”
  4. LUH KAMBREN :” masih maukah raja menerima tiang?”
  5. RAJA : ( terdiam )
  6. LUH KAMREN :” masih banyak perempuan suci, jangan bergantung pada tiang. Tiang mohon raja jangan mengambil resiko ini.”
  7. RAJA :” ( tegas ) baik, tiang tidak akan melamarmu, menjadikanmu seorang selir di puraku. Tapi . . . . . .
  8. LUH KAMBREN :” ( bahagia ) tapi apa raja....”
  9. RAJA :” ( mengingatkan ) tapi kau harus berjanji, kau harus melatih anak tiang menari di pura.
  10. LUH KAMBREN :” ( bangga ) baik raja, tiang terima perintah raja. Tiang senang perintah raja. Tiang lebih bangga menjadi pelatih penari di pura. Dibandingkan menjadi seorang selir raja yang nantinya akan mendapatkan pralaya yang mana akan menjadikan kesialan bagi tiang dan raja.”

RAJA DAN UTUSANNYA PERGI MENINGGALKAN LUH KAMBREN SENDIRI. LUH MERASA BAHAGIA BISA MENOLAK LAMARAN RAJA.

4
LUH KAMBREN DATANG MENEMUI TELAGA YANG SEDANG MENYIAPKAN PAKAIAN UNTUK MENARI. DUDUK DI SAMPINGTELAGA MEMBANTU MENYIAPKAN PAKAIAN.

  1. LUH KAMBREN :” tiang masih perawan, tugeg. Tidak ada laki-laki yang pernah menyentuh tiang. ( tertawa )tugeg jangan katakan ini pada orang-orang. Biarlah orang-orang punya cerita tentang kebinalan tiang. Lucu, hidup benar-benar sebuah permainan yang meloncat-loncat ( serius menatap telaga )”.
  2. TELAGA :” ( penasaran ) meme tidak pernah menaruh hati pada laki-laki.”
  3. LUH KAMBREN :” ( kaget ) mengapa tugeg bertanya seperti itu?”
  4. TELAGA :” ( meragukan ) pertanyaan tiang salah?”
  5. LUH KAMBREN :” ( acuh ) tidak.”
  6. TELAGA :” ( merayu ) meme mau bercerita?”
  7. LUH KAMBREN :” ( lebih acuh ) tidak menarik.”
  8. TELAGA :” ( merayu ) tiang ingin mendengarnya.”

LUH KAMBREN DUDUK MATANYA MENERAWANG JAUH. DIA MULAI BERCERITA, SUARANYA SANGAT PELAN, SEBNTAR-SEBENTAR MENARIK NAFAS.

*****