mutiara hikmah

Frame4

i love it .

,.saya suka sekali ^_^

Minggu, 16 November 2014

analisis ada ulasan novel


ANALISIS DAN ULASAN NOVEL RONGGENG 
DUKUH PARUK

DAN

TARIAN BUMI



Disusun oleh:

Nama : Ryan Sandy Adi Dharma
Kelas : XII Bahasa
No,absen : 17


SEKOLAH MENEGAH ATAS NEGERI 1 BOJA

TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I

RONGGENG DUKUH PARUK
Analisis Novel Ronggeng Dukuh Paruk

  1. Tokoh
Dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk terdapat beberapa tokoh yaitu:

  • Srintil
  • Rasus
  • Dower
  • Kartareja
  • Sukarya
  • Nyai Kartareja
  • Sakum
  • Nyai Sakarya
  • Nenek Rasus
  • Sersan Slamet
  • Pak Bakar

  1. Watak Tokoh
Watak tokoh dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk yaitu:

  • Srintil memiliki watak wanita yang mengambil keputusan sesuai hatinya itu terbukti karena dia tanpa berpikir panjang tidak menghiraukan ajakan pentas hanya karena suasana hatinya yang buruk dan dia tidak memikirkan bahwa ada juga yang hidup dari hasil pentasnya yaitu calung.

  • Rasus adalah orang yang berpendirian kuat ini terlihat ketika dia tidak memperdulikan Srintil yang ingin agar mereka berdua menikah walaupun Rasus juga menyukai Srintil dikarenakan Srintil yang seorang penari ronggeng,Rasus yang menolak karena dia telah melihat dunia luar yang lebih luas dari pada Dukuh Paruk sehingga dia menolak ajakan Srintil.

  • Dower adalah seorang pemuda yang licik dan pintar, untuk mendapatkan sesuatu dengan cara apapun agar tujuannya dapat tercapai. Ia pertaruhkan harta milik orang tuanya untuk di jadikan sebagai hadiah kepada keluarga Kertareja sebagai syarat untuk melaksanakan ritual bukak klambu denag Srintil.
  • Kartareja adalah orang yang berpegang teguh pada kepercayaanya itu terlihat ketika dia sangat percaya sepenuh hati dengan Ki Secamenggala dan selalu melaksanakan adat yang sudah melekat di Dukuh Paruk

  • Sukarya adalah orang yang bertanggung jawab karena sebagai pemangku adat dia memikirkan kehidupan Dukuh Paruk,itu terjadi saat dia memikirkan Srintil yang tidak mau pentas dan memikirkan Dukuh Paruk yang nantinya sepi karena tidak ada Ronggeng

  • Nyai Kertareja adalah orang yang memanfaatkan keuntungan orang lain,ini terlihat ketika dia selalu memaksakan Srintil agar menerima tamu-tamunya dan dia juga meraup untung atas memeperjual-belikan kehormatan Srintil

  • Sakum adalah orang yang pekerja keras,itu terbukti walaupun dia buta dia selalu giat bekerja untuk anak-anak dan istrinya dan saat dia jarang pentaspun dia tetap tegar untuk bekerja untuk membiayai hidup keluarganya

  • Nyai Sakarya adalah orang yang sanagt menyayangi keluarganya dan juga kehidupan di Dukuh Paruk, itu terlihat saat dia tidak tega melihat Ssrintil yang ingin menjadi seperti wanita lainnya yang memiliki anak namun dia juga memikirkan nasib Dukuh Paruk nantinya bila penari Ronggeng sebagai ikonnya menikah

  • Nenek Rasus adalah orang yang sangat menyanyangi cucunya dia selalu mementingkan Rasus dari pada dirinya sendiri apalagi setelah meninggalnya anak dan menantunya

  • Sersan Slamet adalah orang yang tegas sekaligus baik hati itu terlihat ketika dia mendengar Rasus menembak menggunakan senapan, dia marah namun setelah itu dia menanyakan alasannya dan setelah mengtahuinya dia memakluminya bahkan mencoba membantu Rasus agar menjadi seorang tentara

  • Pak Bakar adalah orang yang munafik itu terlihat ketiak dia berusaha berbaik-baik kepada Dukuh Paruk dengan memberikan peralatan elektronik dan menunjukkan sifat kebapakan padahal dia memiliki maksud yang tidak baik di dalam tindakannya

  1. Sudut Pandang
Novel Tarian Bumi adalah novel trilogi yang memiliki judul yaitu Catatan Buat Emak, Lintang Kemukus Dinihari, dan Jentera Bianglala. Dalam ketia novel ini memiliki dua sudut pandang yang berbeda yaitu pada novel Catatan Buat Emak menggunakan sudut pandang orang pertama,seperti cuplikan nvel tersebut:” Aku diam karena kecewa, dan sedikit malu. Namun aku mendapat akal untuk menolong keadaan. Pikiran itu mendadak muncul setelah kulihat gigi Srintil telah berubah.” Dan pada novel kedua dan ketiga memiliki sudut pandang orang ketiga ini terlihat dari cuplikan novel:

Novel Lintang Kemukus Dini Hari: “Sesaat lamanya perempuan itu kembali dalam sikap tanpa gerak. Kemudian menjulurkan tangan ke arah Srintil. Telapak tangan dibuka. Beberapa keping uang logam ada disana . Srintil menatapnya tidak mengerti. Dan putus asa. Berbalik, menarik daun pintu dengan kasar, lalu keluar. “
Novel Jentera Bianglala:” Andaikan Rasus bukan seorang tentara yang kini harus berada dalam sikap siaga penuh karena negara dinyatakan dalam keadaan bahaya, pastilah dia akan segera mengajukan permohonan cuti. Namun keadaan memaksa hak cuti bagi setiap prajurit dihapuskan entah sampai kapan. Maka untuk mengetahui keadaan tanah kelahirannya Rasus hanya bisa bertanya melaluisurat . Sersan, dulu Kopral, Pujo yang pernah sekian lama menjadi sahabat satu kesatuan, kini menjadi komandan markas perwira urusan teritorial di kecamatan Dawuan. Kepadanyalah Rasus menulissurat , minta tolong agar dia diberi tahu perikeadaan Dukuh Paruk.”
4. Latar
Latar tempat yang dimunculkan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk adalah ada di Dukuh Paruk, novel ini memiliki suasana yang warganya tidak memilikki pengetahuan sehingga menimbulkan suasana yang tidak kondusif dengan adanya kesimpangan moral yang ada disana. Novel Ronggeng Dukuh Paruk mengambil waktu pada tahun 1965.

5. Alur
Alur yang terdapat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk adalah alur maju, karena dari novel pertama sampai novel kedua menceritakan peristiwa yang berurutan sampai akhir dari cerita.

6. Amanat
Novel Ronggeng Dukuh Paruk memiliki amanat yaitu janganlah terlalu terbelakan dan menutup diri dari luar karena jika kita mengetahui kehidupan diluar maka kita bisa memiliki hidup yang lebih baik atas dasar pemikiran yang matang dan juga novel ini mengajarkan kepada wanita agar selalu menjaga harkat dan martabatnya tanpa terpengaruh oleh adat yang salah.

Ulasan Novel Ronggeng Dukuh Paruk
Catatan buat emak
Dukuh paruk yang kering krontang menampakkan kehidupannya kembali ketika srintil, bocah yang berumur sebelastahun, menjaddi ronggeng. Penduduk dukuh yang merupakan keturunan Ki Secamenggala, seorang bromocorah yang di anggap moyang mereka, mengganggap bahwa kehadiran srintil akan menggembalikan citra pedukuhan yang sebenarnya. “ Dukuh Paruh hanya lengkap bila di sana ada kramat Ki Secamenggala, ada seloroh cabul, ada sumpah serapah dan ada ronggeng dengan calungnya” ( hal 16 ).
Srintil adalah protet anak Dukuh paruk yang yatim- piatu akibat bencana tempe bongkrek. Enam belas penduduk meninggal karena memakan tempe yang terbuat dari ampas kelapa itu. Tak terkecuali juga kedua pembuat makanan itu, yaitu kedua orang tua srintil. Srintil yang saat itu masih bayi, kemudian di pelihara oleh kakek-neneknya, Sakarya suami-istri. Sang kakek yakin bahwa Srintil telah kerasukan indang ronggeng.
Sebagaimana layaknya seorang ronggeng, Srintil harus melewati tahap-tahap untuk menjadi seorang ronggengyang sesungguhnya. Setelah ia di serahkan kepada Kertareja, dukun ronggeng di dukuh itu, srintil harus di mandikan di depan cungkupmakam Ki Secamenggala. Srintil juga harus melewati tahab bukak klambu. Ia tidak mungkin naik pentas denagn memungut bayaran kalau tidak melewati tahap yang lebih mirip sebagai sayembara bagi setiap laki-laki yang mampu memberi sejumlah uang sebagai syaratnya.
Rasus adalah seorang pemuda yang dongkol dengan syarat-syarat tersebut. Teman main Srintil sejak kecil buakn hanya cemburu dan sakit hati karena Srintil di lahirkan menjadi ronggeng, yang berarti milik umum, tetapi karena kegadisan Srintil yang di sayembarakan. Yang lebih “ Panas “ lagi adalah ketidakmampuannya sebagai anak yang berumur empat belas tahun untuk mengubah hukum yang sudah pasti terjadi, dan itu bakal meninpa orang yang di cintainya.
Sampai saat yang ditentukan, Rasus tidak dapat berbuat banyak untuk mendapatkan Srintil. Ia hanya dapat mendengarkan pertengkaran Dower dan Sulam di emper samping rumah Kertareja. Kedua laki-laki yang sama-sama bajingang itu masing-masing meresa dirinyalah yang lebih pantas untuk meniduri Srintil pertama kali sesuai dengan syarat yang ditentukan oleh Kertareja; seringgit uang emas.
Kenyataan menunjukan lain dan tidak di duga oleh Rasus. Sebab, Srintil tiba-tiba dilihatnya berada di belakang rumah dan meminta Rasus untuk menggaulinya. Ia lebih suka menyerahkan kegadisannya kepada Rasus dari pada kepada orang yang memuakana Srintil itu. Rasus tidak menolak keinginan orang merupakan bayangan-bayangan ibunya yang entah ke mana itu. Dower dan Sulam menyusul kemudian. Sementara Kertareja dan istrinya mereguk keuntungan; seringgit uang emas dari Sulamdan seekor kerbau serta dua buah rupiah perak dari Dower.
Setelah mendapat pengalaman yang baru pertama kali dirasakannya, Rasus meninggalkan dukuh paruk. Ia menjadi banci kepada Srintil yang sudah menjadi ronggeng yang sesungguhnya. Srintil sudah menjadi milik umum dan bayangan-bayangan emaknya dicabutnya dari Srintil. “ tapi demi rahim yang pernah membungkusku, aku tak tega membayangkan Emak sebagai perempuan yang selalu ramah terhadap semua laki-laki. Yang tak pernah menepis tangan laki-laki yang menggrayanginya. Tidak . Betapapun aku tak mampu berkhayal demikian” ( hlm.134 ).
Begitulah, kehidupan Desa Dawuan tempat pengasingan diri dari adat Dukuh Paruk, membuat pandangan Rasus banyak berubah. Pengenalan atas dunia wanita yang di alami di Dawuan pun banyak pemandangan terhadap Srintil sebagai tokoh bayangan-bayangan ibunya bergeser jauh, bahkan berhasil disingkirkannya. Oleh karna itu, ketika Rasus d tawari oleh Srintil untuk menjadi suaminya, ia menolak.
Langkah rasus pasti dan keputusan untuk menoloak Srintil pun pasti. “ dengan menolak perkawinan yang ditawarkan Srintil, aku memberikan sesuatu yang paling berharga bagi Dukuh Paruk: Ronggeng” (hlm.174). Dengan keputusan itu, Rasus yakin bahwa ia bisa hidup tanpa kehadiran bayangan emak, bayangan yang selama ini membuatnya resah.
Novel Ronggeng Dukuh Paruk adalah novel yang dikarang oleh Ahmad Tohari. Novel ini menampilkan latar belakang pada tahuan 1965. Ahmad Tohari adalah penulis yang sering mengangkat cerita-cerita kehidupan yang terjadi pada masyarakat kecil seperti salah satu novelnya yang berjudul Ronggeng dukuh Paruk yang menggambarkan keterbelakangan orang-orang Dukuh Paruk dalam kehidupan mereka sehingga membuat mereka mudah menjadi kambing hitam.Novel ini menceritakan seorang penari Ronggeng yang harus menuruti semua adat yang berlaku karena dia telah ditakdirkan untuk menjadi penari ronggeng karena terdapat inang di dalam tubuhnya, walaupun dia harus melanggar norma-norma kesusilaan dan juga melecehkan tubuh dan harkat martabatnya sendiri sebagai seorang wanita yang tentunya tidak ia pedulikan karena itu adalah adat yang telah terjadi selama bertahun-tahun lamanya .
Novel ini merupakan contoh dari sebuah ketidaktahuan belaka tentang dunia luar dan masih berpedoman teguh kepada adat yang salah. Ketidaktahuan itu membuat orang-orang bisa menjadi kambing hitam oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab, Dan juga terus berpedoman pada adat yang jauh melenceng dari norma yang ada dan justru membuat orang-orang itu semakin terpuruk dan jauh dari kebenaran yang ada dan juga novel ini menggambarkan seorang wanita yang rela melakukan sesuatu yang melanggar norma karena profesinya yang mengharuskannya berlaku seperti itu.Seharusnya sebagai seorang wanita haruslah menjadi wanita yang bermartabat,yang bisa menjaga hartanya yang paling berharga.Novel ronggeng dukuh paruk ini adalah novel ketiga karya Ahmad Tohari.sebelum novel ini di terbitkan sebagai buku, novel ini dimuat di harian kompas sebagai cerita sambung (17 Juli sampai 12 Agustus 1982), tanggapan dan belum banyak tanggapan terhadapnya. Setelah novel ini di terbitkan pada akhir 1982, baru novel ini begitu ramai mendapat tanggapan. Sekitar 20’an resensi atas novel iniada sekitar 15 artikel menyambut kehadiran novel ini dengan tanggapan yang beraneka ragam. Namun, pada umumnya bernada positif, walaupun ada pula yang bernada negatif.
Para pengamat sastra sebagian besar menanggapi novel ini sebagai novel yang tampil dengan latar yang amat kuat, memikat dan khas. Sapartdi Djoko Damono dalam resensinya yang memuat majalah tempo menyebut novel ini sebagai “dongen modern, sedangkan Umar Junus (pelita, 23 April 1991) menyebut sebagai novel yang di dalamnya mengandung imbauan terhadap “tugas suci intelektual”. Bahkan, ada pula yang menafsirkan sebagai novel yang mengandung dakwah islam, sebagaimana yang tercermin dalam kepribadian tokoh Rasus.
Ronggeng dukuh paruk merupakan bagian pertama dari sebuah trilogi. Lengkapnya adalah ronggeng dukuh paruk (1982 ), Lintang Kemukus Dini Hari ( 1985 ) sebelumya merupakan cerita bersambung harian kompas, 23 september 1984 sampai 27 oktober 1984, serta jentera bianglala ( 1986 ), juga sebelumnya merupakan cerita bersambung pada harian kompas, 23 september 1985 sampai 26 oktober 1985. Bagian kedua menceritakan hancurnya kemanusiaan khususnya kewanitaan - Srintil, dan bagian ketiga menceritakan kembalinya Rasus untuk mengangkat harkat penduduk Dukuh Paruk.

BAB II

TARIAN BUMI

Analisis Novel Tarian Bumi:

  1. Tokoh
Tokoh dalam tarian bumi yaitu:

  • Ida Ayu Telaga Pidada
  • Wayan Samitha
  • Jero Kenanga(Luh Sekar)
  • Ida Bagus Tugur
  • Ida Ayu Sagra Pidada
  • Ida Bagus Ngurah Pidada
  • Luh Sadri
  • Putu Sarma
  • Luh Gumbreg
  • Luh Kenten
  • Luh Sari

  1. Watak Tokoh

  • Ida Ayu Telaga Pidada memiliki watak yang tegar dan berpendirian kuat,itu terlihat di dalam novel dia tidak peduli dengan keputusannya yang meninggalkan kastanya yang seorang bangsawan dan menjadi seorang sudra. Dia merupakan wanita yang tegar karena saat dia menjadi wanita sudra dia berusaha untuk menjalani hidup seperti seorang sudra walaupun itu sangat berat untuk dilakukan.

  • Wayan Sasmitha memiliki watak yang berpendirian teguh dan bertanggung jawab, itu terlihat saat dia dengan percaya diri akan menikahi seorang perempuan berkasta Brahmana, walau ibunya telah melarangnya namun dia tetap melakukannya. Wayan juga bertanggung jawab karena dia selama hidupnya menjaga dan juga menghidupi keluarganya.

  • Jero Kenanga memiliki watak yang ambisius dan keras itu terlihat saat dia meningingkan menikah dengan seorang laki-laki brahmana, tanpa peduli siapa yang dia nikahi. Dia keras terlihat pada setiap tindakannya yang menyuruh Telaga berbuat sesuai yang dikehendakinya dan itu harus terlaksana.

  • Ida Bagus Tugur memiliki watak yang ambisius namun baik hati, itu terlihat saat dia terus memikirkan jabatannya tanpa memikirkan istri dan anaknya, namun pada tuanya dia sadar yang dilakukan itu tidak baik sehingga dia selalu mendukung setiap keputusan cucunya dan membantunya.

  • Ida Ayu Sagra Pidada memiliki watak pemarah, itu terlihat saat dia selalu memarahi Kenanga atas segala yang dilakukan oleh anaknya, walaupun dia tidak melakukan kesalahan.

  • Ida Bagus Ngurah Pidada memiliki watak laki-laki yang tidak bertanggung jawab dan juga tidak memiliki etika yang baik, itu terlihat saat dia tidak pernah member tanggung jawab kepada istri dan anaknya dan juga tidak memiliki etika yang baik karena memiliki kebiasaan kurang terpuji seperti minum-minuman air keras dsb.

  • Luh Sadri memiliki watak iri,itu terlihat dia sangat iri kepada semua yang dimiliki Telaga walaupun Telaga banyak membantu keluarganya namun dia tetap iri dan tidak suka pada Telaga.

  • Putu Sarma memiliki watak laki-laki yang memiliki etika yang buruk,itu terlihat ketika dia berlaku tidak baikk pada Telaga saat dirumahnya tidak ada orang.

  • Luh Gumbreg memiliki watak seorang perempuan yang kuat dan juga berpendirian teguh pada adat, itu terlihat pada saat dia dengan kuat menjalani hidup bersama kedua putranya dan dia juga berpendirian teguh saat dia menolak pernikahan putranya dengan seorang perempuan Brahmana karena akan dianggap sial.

  • Luh Sari memiliki watak yang ceria, itu terlihat dia tidak memperlihatkan kesedihannya walaupun hidup susah dan juga telah kehilangan ayahnya sejak kecil.

  1. Sudut pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam novel tarian bumi adalah sudut pandang orang ketiga itu terlihat seperti dalam kutipan berikut ini”Mata Telaga berair. Kalau saja bocah kecil itu tahu siapa laki-laki yang sering digodanya itu, Sari pasti akan sangat girang, lalu berteriak sepuasnya menceritakan pada seluruh misan-misannya bahwa dia adalah keturunan orang terhormat. Telaga menarik napas, hanya bocah inilah yang membuatnya tetap ingin hidup”

  1. Latar
Novel Tarian Bumi berlatar tempat di pulau Bali. Menceritakan seorang penari Bali yang memiliki keteguhan hati untuk memilih jalan hidupnya yang berbeda walaupun akan memiliki suasana hidup yang berubah drastis.

  1. Alur
Alur yang digunakan dalam novel Tarian Bumi adalah alur campuran(Maju-Mundur-Maju) Itu terlihat pada awal novel yang menceritakan tentang Telaga dan Sari kemudian kembali ke masa lalu menceritakan perjalanan hidup Telaga, Jero Kenanga, Wayan Sasmita, Ida Ayu Sagra Pidada dan kemudian kembali lagi kemasa depan.

  1. Amanat
Novel Tarian Bumi mengajarkan kepada seluruh wanita bahwa wanita harus memiliki prinsip yang kuat,berpendirian teguh dan juga kuat seperti yang dilakukan oleh Telaga.

Ulasan Tarian Bumi

Tarian bumi yang dikarang oleh Oka Rusmini memiliki aliran realisme, novel tarian bumi menceritakan pemberontakan dari seorang perempuan yang bernama Ida Ayu Telaga Pidada yang merupakan perempuan Bali yang berkasta Brahmana (Kasta tertinggi di agama Hindu) yang meninggalkan kastanya hanya untuk menikah dengan Wayan Sasmita yang memiliki kasta sudra (Kasta terendah dalam agama Hindu). Novel ini menceritakan tentang perbedaan kasta yang membuat orang-orang harus memiliki sikap-sikap mereka tersendiri dalam hidup,perjuangan hidup yang berat yang dialami oleh Telaga setelah dia meninggalkan kasta Brahmananya dan menjadi seorang perempuan Sudra. Penderitaan yang dialaminya membuat dia menjadi wanita yang mengerti apa arti hidup, setelah perubahan drastis dari seorang putri menjadi seorang hamba.
Dalam novel ini mengajarkan kita bahwa setiap keputusan yang diambil maka harus dijalani dengan penuh rasa tanggung jawab, seperti Telaga. Pendirian teguh yang dimiliki Telaga untuk bersama dengan orang yang dia sayangi dan rela menganggalkan status kebangsawaannya.
Novel tarian bumi mendapat beberapa tanggapan dari Maria Hartiningsih, Yos Rizal Suriaji, Horizon (Juli 2001), Jurnal Perempuan-15, Wildan Hakim (detikcom), Femina 28/XXVIII 2000, I Wayan Artika(SARAD Mei 2000 No.5 Th 1). Yang hampir dari semuanya menanggapi tentang sosok perempuan Bali yang bernama Ida Ayu Telaga Pidada yang menggambarkan keindahan dari seorang wanita Bali namun memiliki luka terpendam yang teramat dalam dan juga sakit tentang perbedaan kasta yang membuat adanya jarak diantara orang-orang Bali.
Komentar:
Novel ini merupakan contoh potret seorang perempuan yang harus tetap tegar dalam menghadapi hidup. Novel ini memberikan sebuah gambaran bahwa wanita yang selalu dianggap remeh oleh laki-laki harus tetap menunjukkan bahwa wanita memiliki segudang kekuatan yang tidak dimiliki oleh laki-laki. Oleh karena itu novel ini memberi contoh wanita haruslah tetap tegar dan selalu tabah dalam menjalani hidup tanpa ada seorangpun yang mengetahui.Seperti kutipan dalam novel ini:
Perempuan Bali itu Luh,perempuan yang tidak terbiasa mengeluarkan keluhan. Mereka lebih memilih berpeluh.Hanya dengan itu mereka sadar dan tahu bahwa mereka masih hidup dan harus tetap hidup. Keringat mereka adalah api, Dan dar keringat itulah asap dapur masih tetap terjaga. Mereka tidak hanya menysui anak yang lahir dari tubuh mereka. Mereka pun menyusui laki-laki.Menyusui hidup itu sendiri…”
Oleh karena itu novel ini mampu menjadi sebuah contoh agar setiap wanita harus tabah dan juga menjalani kuat untuk menjalani kehidupan ini.
















BAB III

PERBANDINGAN NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK DAN 

TARIAN BUMI

Novel Ronggeng Dukuh Paruk dan Tarian bumi sama-sama menceritakan seorang penari. Ronggeng Dukuh paruk menceritakan seorang penari ronggeng sementara Tarian Bumi menceritakan seorang penari Bali. Ronggeng Dukuh Paruk menggambarkan keadaaan seorang penari Ronggeng yang harus menjalani hidup sesuai tradisi yang telah lama diterapkan pada desa Dukuh Paruk, sedangkan Tarian Bumi juga menceritakan penindasan adat dengan adanya perbedaan kasta yang membuat adanya jarak yang ada dalam masyarakat.
Ronggeng Dukuh Paruk yang menceritakan penari bernama Srintil. Yang semasa hidupnya percaya akan kepercayaan tentang leluhurnya Ki Secamenggala, sehingga dia dengan suka hati menjalani hidup seperti ronggeng dukuh paruk sebelumnya namun semakin berjalannya waktu dia mengetahui apa yang seharusnya dilakukan untuk menjadi seorang penari ronggeng, sehingga dia menolak beberapa tawaran untuk pentas. Sementara Tarian Bumi yang menceritakan seorang penari bernama Telaga yang hidupnya sebagai penari berkasta brahmana yang memberontak terhadap perbedaan kasta yang ada.
Dalam dua novel ini dipertunjukkan dengan adanya sebuah tata cara kehidupan yang berbeda. Ronggeng dukuh paruk memperlihatkan pengetahuan yang rendah serta kekurangan sehingga warga dukuh paruk menjadi warga yang tidak mengtahui apa-apa dan membuat mereka dalam situasi yang menghimpit.Berbada dengan Tarian Bumi yang berlatarkan Bali ,warganya memiliki pengetahuan umum lebih luas dari pada warga di dukuh paruk namun dalam masyarakatnya terjadi perbedaan kasta yang signifikan.
Perbedaan itu menciptakan ruang dan jarak tersendiri dalam masyarakat. Berbeda dengan dukuh paruh yang semua warganya bersatu dan kompak namun dalam keterbatasan, jika di dalam dukuh paruk tidak ada perbedaan yang signifikan antara tetua dan warga. Mereka membaur menjadi satu,namun dalam tarian bumi disana menggambarkan bahwa adanya jarak yang disebabkan karena kasta yang sudah mendarah daging berada dalam masyarakatnya dan dipatuhi oleh semuanya.
Dalam novel ronggeng dukuh paruk pelajaran yang didapat ialah janganlah terlalu menutup diri dari dunia luar yang menyebabkan kita menjadi rugi dan juga dapat ditipu atau diperdaya oleh orang lain. Sedangakan dalam novel tarian bumi kita dilihatkan tentang perjuangan seorang wanita yang berpendirian teguh dalam menjalani hidup yang telah dia putuskan.


BAB IV

PENUTUP

  • SIMPULAN
Karya sastra saat ini berkembang pesat di kalangan masyarakat kita. Berkat karya sastrawan yang mengangkat sebuah kehidupan dari masyarakat sekitar kita, menjadikan diri ini teringat bahwa pentinya nilai - nilai yang ada di masyarakat harus dipelajari dan kita ambil nilai positifnya. Banyak diantara kita yang tanpa sadar melupakan nilai tersebut di kehidupan kita sekarang. Dengan adanya karya yang di hasilkan oleh sastrawan, mereka mengungkap dan menyatakan apa yang sebenarnya mereka alami di masyarakat. Maka dengan mudah para sastrawan menyampaikan dengan mudah apa yang mereka rasakan melalui sebuah karya seperti ronggeng dukuh paruk dan tarian bumi salah satunya karya sastra ini yang mengungkapkan keinginan seorang sastrawan kepada masyarakat.
  • SARAN
Dengan adanya makalah ini semoga pembaca dapat memahami dan mengamalkan nilai yang ada dalam novel dan gemar mambacanya lagi serta tidak melakukan apa yang seharusnya di lakukan kalau memang itu benar.

ulasan novel


Ulasan Novel Ronggeng Dukuh Paruk
Catatan buat emak


Dukuh paruk yang kering krontang menampakkan kehidupannya kembali ketika srintil, bocah yang berumur sebelastahun, menjaddi ronggeng. Penduduk dukuh yang merupakan keturunan Ki Secamenggala, seorang bromocorah yang di anggap moyang mereka, mengganggap bahwa kehadiran srintil akan menggembalikan citra pedukuhan yang sebenarnya. “ Dukuh Paruh hanya lengkap bila di sana ada kramat Ki Secamenggala, ada seloroh cabul, ada sumpah serapah dan ada ronggeng dengan calungnya” ( hal 16 ).
Srintil adalah protet anak Dukuh paruk yang yatim- piatu akibat bencana tempe bongkrek. Enam belas penduduk meninggal karena memakan tempe yang terbuat dari ampas kelapa itu. Tak terkecuali juga kedua pembuat makanan itu, yaitu kedua orang tua srintil. Srintil yang saat itu masih bayi, kemudian di pelihara oleh kakek-neneknya, Sakarya suami-istri. Sang kakek yakin bahwa Srintil telah kerasukan indang ronggeng.
Sebagaimana layaknya seorang ronggeng, Srintil harus melewati tahap-tahap untuk menjadi seorang ronggengyang sesungguhnya. Setelah ia di serahkan kepada Kertareja, dukun ronggeng di dukuh itu, srintil harus di mandikan di depan cungkupmakam Ki Secamenggala. Srintil juga harus melewati tahab bukak klambu. Ia tidak mungkin naik pentas denagn memungut bayaran kalau tidak melewati tahap yang lebih mirip sebagai sayembara bagi setiap laki-laki yang mampu memberi sejumlah uang sebagai syaratnya.
Rasus adalah seorang pemuda yang dongkol dengan syarat-syarat tersebut. Teman main Srintil sejak kecil buakn hanya cemburu dan sakit hati karena Srintil di lahirkan menjadi ronggeng, yang berarti milik umum, tetapi karena kegadisan Srintil yang di sayembarakan. Yang lebih “ Panas “ lagi adalah ketidakmampuannya sebagai anak yang berumur empat belas tahun untuk mengubah hukum yang sudah pasti terjadi, dan itu bakal meninpa orang yang di cintainya.
Sampai saat yang ditentukan, Rasus tidak dapat berbuat banyak untuk mendapatkan Srintil. Ia hanya dapat mendengarkan pertengkaran Dower dan Sulam di emper samping rumah Kertareja. Kedua laki-laki yang sama-sama bajingang itu masing-masing meresa dirinyalah yang lebih pantas untuk meniduri Srintil pertama kali sesuai dengan syarat yang ditentukan oleh Kertareja; seringgit uang emas.
Kenyataan menunjukan lain dan tidak di duga oleh Rasus. Sebab, Srintil tiba-tiba dilihatnya berada di belakang rumah dan meminta Rasus untuk menggaulinya. Ia lebih suka menyerahkan kegadisannya kepada Rasus dari pada kepada orang yang memuakana Srintil itu. Rasus tidak menolak keinginan orang merupakan bayangan-bayangan ibunya yang entah ke mana itu. Dower dan Sulam menyusul kemudian. Sementara Kertareja dan istrinya mereguk keuntungan; seringgit uang emas dari Sulamdan seekor kerbau serta dua buah rupiah perak dari Dower.
Setelah mendapat pengalaman yang baru pertama kali dirasakannya, Rasus meninggalkan dukuh paruk. Ia menjadi banci kepada Srintil yang sudah menjadi ronggeng yang sesungguhnya. Srintil sudah menjadi milik umum dan bayangan-bayangan emaknya dicabutnya dari Srintil. “ tapi demi rahim yang pernah membungkusku, aku tak tega membayangkan Emak sebagai perempuan yang selalu ramah terhadap semua laki-laki. Yang tak pernah menepis tangan laki-laki yang menggrayanginya. Tidak . Betapapun aku tak mampu berkhayal demikian” ( hlm.134 ).
Begitulah, kehidupan Desa Dawuan tempat pengasingan diri dari adat Dukuh Paruk, membuat pandangan Rasus banyak berubah. Pengenalan atas dunia wanita yang di alami di Dawuan pun banyak pemandangan terhadap Srintil sebagai tokoh bayangan-bayangan ibunya bergeser jauh, bahkan berhasil disingkirkannya. Oleh karna itu, ketika Rasus d tawari oleh Srintil untuk menjadi suaminya, ia menolak.
Langkah rasus pasti dan keputusan untuk menoloak Srintil pun pasti. “ dengan menolak perkawinan yang ditawarkan Srintil, aku memberikan sesuatu yang paling berharga bagi Dukuh Paruk: Ronggeng” (hlm.174). Dengan keputusan itu, Rasus yakin bahwa ia bisa hidup tanpa kehadiran bayangan emak, bayangan yang selama ini membuatnya resah.
Novel Ronggeng Dukuh Paruk adalah novel yang dikarang oleh Ahmad Tohari. Novel ini menampilkan latar belakang pada tahuan 1965. Ahmad Tohari adalah penulis yang sering mengangkat cerita-cerita kehidupan yang terjadi pada masyarakat kecil seperti salah satu novelnya yang berjudul Ronggeng dukuh Paruk yang menggambarkan keterbelakangan orang-orang Dukuh Paruk dalam kehidupan mereka sehingga membuat mereka mudah menjadi kambing hitam.Novel ini menceritakan seorang penari Ronggeng yang harus menuruti semua adat yang berlaku karena dia telah ditakdirkan untuk menjadi penari ronggeng karena terdapat inang di dalam tubuhnya, walaupun dia harus melanggar norma-norma kesusilaan dan juga melecehkan tubuh dan harkat martabatnya sendiri sebagai seorang wanita yang tentunya tidak ia pedulikan karena itu adalah adat yang telah terjadi selama bertahun-tahun lamanya .
Novel ini merupakan contoh dari sebuah ketidaktahuan belaka tentang dunia luar dan masih berpedoman teguh kepada adat yang salah. Ketidaktahuan itu membuat orang-orang bisa menjadi kambing hitam oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab, Dan juga terus berpedoman pada adat yang jauh melenceng dari norma yang ada dan justru membuat orang-orang itu semakin terpuruk dan jauh dari kebenaran yang ada dan juga novel ini menggambarkan seorang wanita yang rela melakukan sesuatu yang melanggar norma karena profesinya yang mengharuskannya berlaku seperti itu.Seharusnya sebagai seorang wanita haruslah menjadi wanita yang bermartabat,yang bisa menjaga hartanya yang paling berharga.Novel ronggeng dukuh paruk ini adalah novel ketiga karya Ahmad Tohari.sebelum novel ini di terbitkan sebagai buku, novel ini dimuat di harian kompas sebagai cerita sambung (17 Juli sampai 12 Agustus 1982), tanggapan dan belum banyak tanggapan terhadapnya. Setelah novel ini di terbitkan pada akhir 1982, baru novel ini begitu ramai mendapat tanggapan. Sekitar 20’an resensi atas novel iniada sekitar 15 artikel menyambut kehadiran novel ini dengan tanggapan yang beraneka ragam. Namun, pada umumnya bernada positif, walaupun ada pula yang bernada negatif.
Para pengamat sastra sebagian besar menanggapi novel ini sebagai novel yang tampil dengan latar yang amat kuat, memikat dan khas. Sapartdi Djoko Damono dalam resensinya yang memuat majalah tempo menyebut novel ini sebagai “dongen modern, sedangkan Umar Junus (pelita, 23 April 1991) menyebut sebagai novel yang di dalamnya mengandung imbauan terhadap “tugas suci intelektual”. Bahkan, ada pula yang menafsirkan sebagai novel yang mengandung dakwah islam, sebagaimana yang tercermin dalam kepribadian tokoh Rasus.
Ronggeng dukuh paruk merupakan bagian pertama dari sebuah trilogi. Lengkapnya adalah ronggeng dukuh paruk (1982 ), Lintang Kemukus Dini Hari ( 1985 ) sebelumya merupakan cerita bersambung harian kompas, 23 september 1984 sampai 27 oktober 1984, serta jentera bianglala ( 1986 ), juga sebelumnya merupakan cerita bersambung pada harian kompas, 23 september 1985 sampai 26 oktober 1985. Bagian kedua menceritakan hancurnya kemanusiaan khususnya kewanitaan - Srintil, dan bagian ketiga menceritakan kembalinya Rasus untuk mengangkat harkat penduduk Dukuh Paruk.

Senin, 01 September 2014

mentari

Sinar mentari pagi mengusikku. Kumulai hari dengan meregangkan badanku kemudian menuju dapur yang didominasi warna natural kayu, ukuran dapur 2 x 4 meter sederhana membuatku senang di dalamnya. Ternyata pagi itu ita tengah sibuk mempersiapkan sarapan. Mmmm dari baunya Ita sedang menyiapkan menu favoritku  bubur ayam jakarta dan telur bacem sebagai temannya. Ita sapaanya atau Indah Puspita seorang gadis jelita yang menjalani hidupnya sebagai wanita karier, yang kesepian karena terpisah dari keluarganya dua bulan yang lalu akibat gempa 6,8 skala richter. Aku sendiri sudah bersamanya semenjak 2 bulan yang lalu juga. Aku pun sama kehilangan semua familiku pada peristiwa itu.Peristiwa yang sangat mengerikan hancur dimana-mana beratus orang mati karena tertimpa rumah, pohon bahkan ada yang mati karena terperosok ke dalam lubang, orang-orang berlarian. Anak-anak kecil menangis, semua yang ada di muka bumi beterbangan bagai mainan yang dilempar anak-anak.
“ehh Dion sudah bangun rupanya” suara lembutnya mengagetkanku. Kuhampiri Ita dan kutempelkan badanku dengan manja.
‘Dah laper ya? Nih yuk kita makan, hari ini kubuatkan menu favoritmu telur bacem” Ita mengelus kepalaku kemudian mengambil semangkuk bubur ayam dengan sebutir telur untuk dimakannya dan sebuah piring kecil dengan dua butir telur. Aroma telur bacem mengusir rasa kantuk semalaman karena menemani Ita yang menangis karena melihat-lihat album foto keluarganya. Tanpa bisa menunggu lama dua butir telur yang rasanya seenak baunya segera saja habisku santap.
“enak ya, koq cepat sekali habisnya” sambil tersenyum Ita berkata padaku. Dibalik senyumnya dapat kurasakan kesedihan karena kehilangan. Segera saja terbayang Ita saat pertama kali bertemu denganku. Seorang dara berdarah jawa dengan kulit kuning langsat, dengan paras menawan dan tinggi yang di atas rata-rata untuk seusianya sehingga sangat menunjang karirnya sebagai chief creative designer Tv swata ternama, cuman pada saat itu mukanya lusuh penuh dengan kesedihan, jarang bisa tersenyum, mukanya pucat karena tertekan dengan semua masalah  dan pikirannya. Berhari-hari dilaluinya tanpa arti, dan saat itulah aku datang menghiburnya, menemaninya saat ia kesepian. Aku berusaha untuk tetap tegar di hadapannya walau aku juga merasakan rasa kehilangan yang sama. Dan kini setelah hari-hari yang berat dilalui akhirnya Ita mulai bisa menerima segala kehilangan Ayah satu-satunya yang membesarkannya sedari kecil tanpa kehadiran seorang ibu.
“Yuk kita ke kamar” Ita membawaku ke sebuah ruangan yang tidak terlalu besar dengan berbagai macam pernak-pernik boneka dan banyak foto yang ditempel di dinding ruangan. Seperti biasanya aku diajaknya untuk bersama menulis diary di sebuah laptop Hp berwarna pink. Biasanya diarynya ditulis saat malam hari sebelum tidur, tapi kali ini hari minggu dan Ita tidak sedang malas untuk ikut misa di gereja yang terletak beberapa blok dari rumahnya. Dia merasa percuma untuk menghadiri misa itu karena hatinya malah semakin tidak tenang karena ia selalu teringat akan ayahnya yang saat itu menemui ajalnya saat sedang bermisa di gereja. Walau pun dulu ia seorang katolik yang taat dan selalu pergi bersama ke gereja di temani oleh ayahnya.
“Tit, tit, tit, tit” sebuah e-mail masuk komputernya, tertanda kiriman dari kantor untuk proposal yang harus ia susun sebelum tenggat waktu.
“Tit, tit, tit’ kali ini 3 buah e-mail sekaligus masuk yang pertama tidak asing lagi dari cynthia rekan kerjanya yang akrab tentang rencana liburan panjang minggu depan dan beberapa tempat liburan beserta fotonya. Kemudian yang kedua dari perusaahan kartu kredit mengenai tagihan dia bulan ini. Kemudian yang ketiga kok aneh
“Zaenal, Tolong jangan lupa kirimkan dana yang kami butuhkan untuk bantuan tahap selanjutnya kami benar-benar membutuhkan sesegera mungkin mengingat mendesaknya waktu untuk ujian anak-anak di tempat kami hormat kami Ali-BAZIS” e-mail ini beserta beberapa foto kegiatan belajar mengajar anak-anak yang rata-rata masih setingkat SD, hanya saja mereka berpakaian seperti teman-teman perempuan kantornya, memakai penutup kepala tetapi masih menampakkan muka mereka. Ita termenung memperhatikan melihat foto wajah-wajah polos di hadapannya. Kemudian tangannya menutup e-mail itu dan memulai menulis diarynya tentang rindunya kepada sang ayah. Sesekali ia menghela nafas kemudian melanjutkan menulis kembali. Aku pun hanya bisa memandanginya. Lima belas menit kemudian ia menyimpan file diary lalu membuka propsal yang harus dikerjakannya. Setengah jam terlewati tanpa satu huruf terketik, wajah-wajah anak-anak polos yang ia lihat di e-mail yang salah alamat itu selalu membayanginya. Akhirnya ia memutuskan untuk mentrasfer lima ratus ribu ke rekening yang ada pada e-mail itu dengan yakin bahwa ia tidak akan ditipu orang. Kemudian ia membalas e-mail itu.
“maaf e-mail saudara salah alamat. Tetapi saya turut bersimpati dengan ini saya juga turut mentransfer lima ratus ribu untuk membantu anak-anak, maaf bila saya tidak sopan. Ttd Indah puspita”
Tiga hari kemudian di kamar saat malam hari…
Aku sedang bermain-main di atas kasurnya dengan bola benang yang di belikan Ita buatku. Tak lama kemudian Ita keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan muka yang segar setelah seharian disibukkan oleh berbagai macam aktifitas. Kemudian Ita mengeringkan rambutnya dengan handuk lalu mengikatnya dikepala seperti topi.
“ Dion sini” Ita menarikku ke sampingnya sambil menyalakan laptop seperti biasa untuk menulis diary. Aku memperhatikan ke layar laptopnya ada dua e-mail masuk. Kemudian Ita membuka yang pertama yaitu dari kantor seperti biasa. Tetapi e-mail yang kedua isinya
“Terima kasih saudara/i untuk membantu pendidikan anak-anak kami sehingga mereka tetap dapat terus bersekolah, kami meminta maaf atas kesalahan pengiriman e-mail. Untuk partisipasi saudari kami mengundang saudari untuk hadir dalam acara pentas seni kami yang insya allah akan kami adakan pada hari jum’at jam 08.30 sampai dengan 10.00. untuk kehadiran saudara/i kami ucapkan ribuan terima kasih. Ali-BASIZ”Ita tersenyum simpul, kemudian ia melihat jadwal kegiatannya, dan ternyata hari itu memang kosong.
“Dion, gak ada salahnya kan sekali-kali kita ikut undangan orang” Ita berkata sambil mengangkatku kemudian meletakkanku ke tempat tidurku.
“Tidur yang nyenyak ya, esok kita akan coba datang ke tempat baru” Ita menepuk kepalaku kemudian pergi untuk tidur.
Esok harinya di tempat tujuan ….
Suasana semarak tampak dikitar panggung kecil di halaman madrasah ibtiba’diyah 2 puluhan orang sedang duduk rapi di depan panggung menunggu penampilan-penampilan acara. Ita tampak canggung untuk memasuki area sekolahan itu. Ia ragu-ragu untuk melangkah, Ita mempehatikan ia cukup berbeda dari yang lain. Di sana semuanya tampak bersih dan anggun bagi perempuannya walau pun mereka tidak menampakkan rambut mereka. Dan untuk prianya tampak teduh dan berwibawa dengan pakaian yang rata-rata berwarna putih. Segera ia ingin pergi karena malu ia berbeda dari yang lainnya.
“Mbak, maaf ada yang bisa saya bantu” suara seorang pemuda membuatnya mengehentikan langkahnya. Kemudian saya berpaling
“Mbak mencari siapa? Maaf mbak saya Ali pengelola madrasah Ini” sesosok pemuda yang tak berbeda jauh umurnya beberapa tahun lebih tua namun badannya yang tegap, dan air mukanya yang tenang memancarkan wibawa seorang pemimpin.
“Saya Indah” Ita berkata dengan ragu-ragu
“Alhamdulillah, jadi saudari yang bernama Indah kami sudah menunggu dari tadi. Silahkan, silahkan mari duduk” Senyuman Ali membuat Ita merasa tenang karena ia bertemu paling tidak dengan orang yang mengundangnya. Itan menonton acara yang pertama kali dihadirinya seumur hidup. Selama acara tampak keceriaan yang menampilkan acara nasyid.
“Mbak maaf kucingnya kalau mengganggu biar saya bawa?” Kata ali yang sekarang turut bergabung duduk di sebelahnya.
“makasih, Dion gak menyusahkan koq” Tia menjawab dengan senyum simpul.
“Mbak, Indah sebetulnya saya benar-benar terkejut saat saya mendapati e-mail saya terkirim ke alamat lain, mungkin saat itu saya benar-benar bingung. Saya bingung dengan nasib anak-anak ini, karena mereka kekurangan biaya untuk mengikuti ujian” Ali menjelaskan sambil sesekali bertepuk tangan dan memperhatikan acara. Setelah itu Ali menjelaskan struktur keorganisasian sekolah dan kenapa ia mau mengelola sekolah yang mayoritas diisi oleh anak ekonomi menengah ke bawah. Dan seharian ia lewati setelah acara untuk bercanda dan berbincang dengan anak-anak, berbagi kesusahan dan kesenangan.
Malam hari di kamar Ita…
“Ita bangun, ita bangun” aku berusaha membangunkan ita tapi yang keluar dari mulut ku hanya suara mengeong.
“Ehhhh, Dion, oyaaa aku mau nulis dairy makasih bangunin aku ya” ita mengusap matanya  lalu menepuk ringan kepalaku. Kelelahan memang, seharian keluar ke tempat baru. Ita memulai menulis diarynya  sesekali jarinya tercekat, kemudian melanjutkan dengan tersenyum sendiri, aku pun bingung kenapa.
“Dion, hari ini hari yang baru. Aku merasa bebas seperti lepas dari segala masalah.” Aku hanya bisa mendengkur lembut dibelainya.
“Dion, kenapa aku gak bisa lupa dengan Ali ya? Rasanya seperti pernah bertemu. Dan setiap kata-katanya teduh dan sejuk rasanya bahkan lebih teduh dari saat aku ke gereja” Ita mengangkat ku ke atas, aku hanya bisa pasrah dan berusaha menggapai ke bawah. Meskipun umurku sudah 3 tahun sekarang tapi aku masih takut dengan tinggi.
“Dion, besok ke gereja yuk sudah lama kan gak ke gereja. Sapa tau Romo david masih di sana”. Ita mengakhiri diarynya dan mengirim konsep tugasnya lewat- e-mail ke kantornya kemudian mematikan lampu terus tidur.
Minggu pagi di halaman gereja st.Thomas..
Ita berjalan menuju ke bangunan yang sudah beberapa bulan tidak dimasukinya lagi. Di dalam tampak jema’at sedang berdoa dan mendengarkan romo yang sedang berkhutbah. Ita meletakkanku di bangku sampingnya bersama tas jinjingnay lalu duduk.
“Dion jangan ributnya,” “Meong” aku mengeong lemah tanda setuju. Ita mulai mengeluarkan rosarionya lalu memanjatkan doa sambil mendengarkan romo david, pendeta yang selalu mendukungnya saat dia kehilangan orang yang dicintainya. Aku bingung melihat Ita, kok dia semakin tidak tenang, alis matanya berkerut-kerut tanda memikirkan sesuatu. Tak lama kemudian acara sudah selesai dan para jemaat satu demi satu pulang meninggalkan gereja. Tapi Ita tetap saja berusaha memejamkan mata untuk berdoa. Walau tampak raut mukanya seperti memikirkan sesuatu
“Indah……., betul ini Indah?…..”Seorang laki-laki menyapanya
Ita terbangun oleh suara itu lalu melihat siapa yang memanggilnya”Rama david, ada apa rama?”
“meong” Aku pun mencoba bertanya.
“Ehh dion di sini juga” Romo langsung tersenyum melihatku yang berputar putar dalam kandang di samping Ita.
“Indah, romo lihat akhir-akhir ini kamu jarang ke gereja kenapa? Apa ada masalah serius ?
“Nggak ada kok romo, cuma  Indah sedang banyak kesibukan akhir-akhir ini” Ita menjawab dengan nada datar, sambil memasukkan rosarionya kembali dan memegang kandangku bersiap untuk pergi.
“Tring, triing, triiing,” handphone Ita berbunyi lemah
“maaf ya romo” Ita menatap dengan menyesal. Romo mengangguk membolehkan kemudian Ita menjawab telepon itu dengan serius. Rupanya ada hal penting yang harus segera dilaksanakan.
“Romo Indah mau permisi dulu, ada masalah penting di kantor” Indah menutup telepon dan memasukkannya ke mbali ke tas jinjingnya.
“Indah jangan malas-malas ke gereja ya? Kalau ada yang romo bantu jangan malu-malu untuk dibicarakan” romo menasihati sebelum indah melangkah dengan ringan keluar gereja. Dengan segera ia menuju ke rumahnya
“tring, triiing, triiiing” Telepon berbunyi lagi, Ita pun segera menjawabnya.
“Apaa!!! Koq bisa nanti segera saya kirim yang baru, kapan deadlinenya, haaah!! Besok, Ok biar saya selesaikan dengan segera” Ita pun segera mempercepat langkahnya ke rumahnya yang dari jauh lebih mirip rumah dengan kebun. Rumah Ita mirip dengan rumah kaca yang dipenuhi dengan tanaman di bagian luarnya. Aku Cuma bisa protes mengeong-ngeong.
“Uhh maaf ya dion proposalku ada masalah dah kamu main sendiri ya,?” Ita membuka kandang dan melepaskan ku di ruang tamu. Kemudian bergegas menuju kamarnya. Aku mengikutinya dari belakang menuju kamarnya. Tampak ita mengacak-acak rak buku yang ada di bawah kasurnya mencari-cari lembaran demi lembaran. Setelah ia menemukan yang di cari langsung ita menyalakan laptop dan memulai mengetik. Aku masuk dengan perlahan lalu melompat ringan ke sampingnya dan mengelus-eluskan kepalaku ke lengannya. Tapi tampaknya Ita sudah terlalu terfokus dengan pekerjaanya. Jemarinya yang lentik melompat-lompat lincah di atas papan tuts keyboard. Tampak di layar kalau Ita sedang memperbaiki sesuatu. Aku pun berbaring menemaninya tak lama kemudian rasa kantuk membuatku terlena. Aku merasa ada yang geli di telingaku, ku gerak-gerakkan, tapi semakin geli, tanganku pun menutup telingaku. Eeh tetapi malah semakin geli sejarang seluruh perutku
“meong” ku buka mata dan melihat ternyata Ita sudah berada di sampingku.
“dion makan yuk dah malam” ita melangkah bangkit ke luar kamar. Lampu-lampu di rumah sudah menyala semua sebagai tanda hari telah malam. Aku bergegas menuju dapur di sana Ita sudah mulai makan dan  duduk di meja makan sementara di bawah meja ada semangkuk susu. Aku mulai minum susu untuk menghilangkan rasa lapar yang mulai terasa. Tampak kalau Ita sedang benar-benar menikmati makan malamnya dari baunya sepertinya makan malamnya nasi goreng dengan telur. Tak lama kemudian ita tampak sibuk menghubungi seseorang.
“Ya, ya, ya nanti saya segera selesaikan dan langsung saya kirim” Ita menutup telepon dan segera menyelesaikan makannnya. Lalu berlalu menuju kamarnya tanpa memperdulikanku. Suara angin keras di luar menandakan akan segera turun hujan. Aku memandangi sekitar rumah yang cukup luas ini, ternyata semenjak kejadian itu Ita jarang bahkan tidak pernah untuk menyentuh beberapa barang seperti Tv, tape, dan beberapa rak buku cerita di ruang tamu. Semuanya sekarang hanya sebagai pajangan saja. Ita tidak lagi memfungsikan mereka karena ia sudah tenggelam dengan pekerjaannya. Setelah susu di mangkukku habis aku segera meyusulnya memasuki kamarnya yang ternyata tertutup. Aku mengeong keras beberapa kali tapi nampaknya ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Maka aku pun pergi ke depan rumah untuk menikmati hujan di malam hari yang mulai turun berupa rintik-rintik hujan. Angin keras yang bertiup berganti menjadi angin malam yang tenang dingin dan menusuk tulang, seiring bertambah derasnya hujan bertambah tenanglah tiupan angin. Lampu kamar Ita menyala terang walau sekarang sudah larut malam. Tikus-tikus berlarian disela-sela tanaman yang diguyur hujan. Aku sendiri tidak bisa berbuat banyak kecuali menemaninya, tetapi kali ini sepertinya Ita tidak ingin ditemani. Sejam kemudian hujan pun mereda. Seorang pemuda yang pernah kutemui lewat dengan perlahan menghindari genangan air. Aku mengikuti Ali dari belakang tampak kalau ia sehabis berteduh karena kehujanan. Tak lama ia berjalan kemudian dia berbelok ke sebuah gang kecil menuju rumah kecil yang tersusun dari papan. Ali membersihkan kakinya dengan air dari kran di depan rumahnya kemudian masuk ke dalam rumah dengan menaruh rapi sandalnya di depan beranda. Ketika ia menutup pintu rumahnya tiba-tiba ia berhenti.
“Pus, Pus Pus, ia memanggilku” Rupanya ia mengetahui kedatanganku. Aku segera masuk ke rumahnya yang diterangi lampu neon, sangat berbeda jauh sekali dengan rumah Ita. Ali memiliki ruang tamu yang tersusun dari empat buah kursi dari kayu dengan ruangan di penuhi tulisan kaligrafi yang subhanallah indahnya, kaligarafi seperti itu memang belum pernah aku lihat sepertinya goresan tangan sendiri.
“Pus,Puss” Ali kembali memanggilku. Segera kudatangi dia yang sekarang memegang sepiring kecil dengan ikan goreng yang kemudian diletakkan di depanku. Aku tahu ini untukku maka tak kusia-siakan lagi segera saja ku makan ikan goreng pemberian Ali itu.
“Ehh, Kamu dion kan?kucing mbak ita kapan hari lalu?” Ali mencoba untuk menebak. Aku mengiyakan dengan mengeong, kemudian setelah itu mendengkur manja disampingnya.
“kamu lapar ya? Cepat sekali habisnya?tapi sayang saya sudah tidak ada ikan lagibuat kamu maaf ya?”Kata-kata tulus yang meluncur dari mulutnya membuatku terenyuh.
“Oh.. Yaaa!! Aku ada telur goreng “ Ali bangkit dengan bersemangat dari duduknya untuk mengambil telur goreng yang tinggal setengah.
“Ini masih ada, sebetulnya buat sahur nanti, tapi gak apa-apa saya sudah sering makannya” Aku menciumi telur ini yang sangat menggugah seleraku. Aku ingin memakan semua tapi aku tidak tega. Maka kumakan sebagian telur itu lau aku mengeong.
“Dah gak lapar lagi ya? Ya udah “ . Aku gak tega melihat ketulusan hatinya maka dengan segera aku ingin kembali ke rumah ita dan memberitahu akan ketulusan Ali.
“Mau pulang ya? Sini lewat depan “ Ali berjalan menuju pintu depan dan membukanya. Segera aku  berjalan keluar dari jauh aku masih bisa mendengar kalau dia berkata jangan malu-malu main kemari. Sesampainya Di rumah Ita, Ternyata rumahnya sudah di kunci semua. Maka aku masuk dari lobang di pintu yang memang dipersiapkan untukku. Tapi dari luar masih tampak bahwa Ita masih belum tidur padahal menjelang pagi. Lampu kamarnya masih terang menyala, dan di dalamnya terdengar sayup-sayup musik instrumen Richard Claderman, aku sudah merasa capek dan mengantuk karena berjalan-jalan maka, langsung rebahkan badan ku di atas kasur ku disebuah keranjang di ruang tamu dan aku pun terlelap. Hari demi hari Ita makin sibuk dengan kerjaannya, ita makin jarang bermain denganku.paling-paling hanya mengajakku makan pagi dan makan malam sementara untuk makan siang aku di siapkan makanan instant yang enak baunya tapi hambar rasanya. Dengan makin sibuknya Ita jadi tiap malam aku main ke rumah Ali, entah kenapa setiap memasuki ru mah itu perasaanku menjadi tenang dan bahagia. Apalagi saat Ali sedang membaca ayat-ayat Qur’an. Suaranya memang tidak merdu tetapi menenangkan hati, segala rasa capai dan penatku seharian terobati oleh nikmatnya alunan bacaan al-Qur’an. Berjalan dengan keadaan seperti ini yang hampir tiap malam maka aku menjadi kawan akrab Ali dan ia pun memanggilku dengan Dion. Aku pun sering berandai-andai apabila suatu saat Ita seperti ali pasti aku akan lebih betah lagi di rumah.
Esok paginya di dapur rumah Ita…
Ita sudah bangun seperti biasa dan menyiapkan makanan untuk berdua. Kali ini menunya capcai dan bakso udang goreng. Setelah kami makan pagi ita kembali ke kamarnya dengan segera dan meneruskan kerjaannya semalam. Aku berputar-putar di di depannya, menarik-narik kaosnya.
“Ahhh, Dion kenapa sih” Ita mulai merasa terusik. Aku pun mengambil bola benang yang sering aku mainkan lalu aku lempar dan mainkan ke sana dan ke mari.
“Ohh mau main ya? Boleh kayaknya sudah lama gak main bersama ya?” ita segera mensave file di  laptopnya kemudian menutupnya dan mulai bermain denganku.
“Tit, tit, tit,” weker di hp Ita berbunyi
“Aduh Dion udah waktunya aku kerja dah dulu ya mainnnya?” Ita ingin pergi kerja, tapi kali ini aku tidak membiarkan dia untuk pergi begitu saja. Aku tempel erat kakinya dan menempelkan badanku ke kakinya dan mengeong tanpa henti.
“Ok, ok kamu boleh ikut tetapi gak boleh bikin ribut nanti di kantor” mendengar itu aku pun senang dan langsung diam. Tak berapa lama kemudian kami pergi ke kantor TV swasta dengan taksi.
“Pagi bu, Pagi bu, Pagi bu,” Setiap orang yang melewati Ita selalu menyapa dan memberikan senyum ramah, namun Ita hanya membalas dengan senyumnya yang menawan.
“Hei kok telat datangnya” suara cewek menyapanya dengan riang dari belakang, Ita menoleh ternyata itu cynthia.
“Ah, gak apa-apa Cuma Dion hari ini gak mau ditinggal di rumah” Tia menunjukkan ku pada Cynthia.
“kok gak pakai kandang nanti lepas lho” cynthia membalas dengan sedikit kawatir.
“gak apa-apa dion jinak kok, pegang aja” Cynthia mengulurkan tangannya takut-takut aku membalas belaian kaku tangannya dengan dengkuran manja.
“Eh iya, jinak banget. Lucu ya?, tia kerjaan kamu yang kemarin dah masuk ke pimpinan produksi gak biasanya susah. Biasanya juga langsung masuk.” mengiringi Tia duduk dicubiclenya.
“Yah, paling-paling rating tiba-tiba merosot, namanya juga banyak saingan” tia mencoba menjawab dengan alasan. Ternyata kerjaan Tia lebih banyak dan Ia tampak lebih capek kalau di kantor. Meskipun banyak orang di sini tetapi tak satu pun yang sempat berbicara satu dengan lainnya saat jam kantor mulai aktif. Hawa AC yang sejuk membuatku mengantuk tetapi aku merasa ada yang aneh kantor ini. Sejuk AC semakin membuatku terlena sesaat aku akn tidur, tiba-tiba hidungku mencium bau tebakar. Awalnya kukira hanya sekedar bau-bauan biasa, tapi makin lama makin keras baunya.
“meong. Meong, meong” aku mencoba memberitahu Ita dan mencoba keluar dari ruangan itu.
“eh kucing sapa tuh”, “ Ihh ada kucing” “Oi kucing sapa nih koq di bawa kemari”Teman-teman sekantor Ita riuh karena tingkahku. Ku melompat dari satu meja cubicle ke meja yang lain, aku meliuk ke kiri saat akan di tangkap oleh satpam. Jantungku makin berdebar kencang dan bau terbakar makin menusuk di hidung. Aku pun semakin panik melihat ke sana dan kemari untuk mencari jalan keluar dari ruangan ini, tetapi aku harus mengingatkan Ita untuk segera keluar dari tempat ini.
“Dion sayang kemari”aku mendengar suara Ita mengejarku dari belakang. Aku pun ingin datang tapi pasti Ita akan memegangku dan aku tidak akan bisa keluar dari sini dan aku akan terjebak disini. Tiba-tiba di ujung ruangan aku melihat ada sebuah pintu terbuka, dengan secara reflek aku menghindari beberapa tangan yang melintas di depanku untuk menangkap. Setiba di dalam ruangan itu ternyata ruangan itu agak remang dengan dua tangga ke atas dan ke bawah . Dengan dua pilihan dimana bau terbakar semakin terasa dari arah bawah akhirnya ku putuskan tuk berlari ke bawah dengan perasaan cemas aku mengeong terus agar Ita terus mengikutiku.
“Diooon mau kemanaaa jangan lari terus” suara Ita menggema di belakangku dengan langkah kakinya yang ringan. Aku terus menuruni tangga hingga ruang lobi dan mengarah ke pintu keluar dan tiba-tiba
“ahh kena juga akhirnya? Kamu dion” tangan Ita mengangkatku dan segera memberikanku ketenangan dengan memelukku.
“Kayaknya Kucing lu kena sesuatu deh kok tiba-tiba dia lari-lari kaya kesetanan jangan-jangan ia takut dengan lingkungan baru” kata cynthia dengan nafas memburu yang baru menyusul datang ke lobi dari arah tangga darurat yang baru kami lewati.
“Ahh iya kali ya tapi baru kali ini dion panik, biasanya di mall aja dion tenang-tenang aja gak kayak tadi mungkin ada yang lain atau kali dia rindu rumah, sori ya, tolong sampekan sama yang lain kalau aku pulang dulu aku ya” Ita bersalam pipi dengan Cynthia.
“Dah dion, jangan nakal lagi ya?” cynthia mengelus kepalaku
Tak lama kemudian sore hari di rumah Ita…
“ayo diminum dulu kamu laparkan seharian lari-lari di kantor kan” ita meletakkan semangkuk susu dan mengelus kepalaku. Ita segera masuk kamarnya. Dan aku segera saja yang memang sudah lapar dan capek lari-lari langsung menghabiskan semangkuk susu hangat.
“yuk liat acara kesukaanmu” Ita yang sudah berganti kaos dan celana training mengangkatku dan menuju ke depan tivi. Kulihat ditangan kanan ita memegang Mie instant sepertinya ia kelaparan juga.
“maaf kami sela acara anda” suara Tv yang tidak biasanya, di sana tampak seorang paruh baya dengan latar bangunan yang tadi siang kukunjungi dengan sebagian terbakar dan api menyala-nyala di beberapa bagiannya.
“Prang, ap…”mangkok mie instant berantakan pecah di lantai keramik putih itu.
“Meong” teriakku ke ita yang tiba-tiba berdiri membuatku kaget. Ita segera berlari keluar rumah. Aku pun mengikutinya mukanya yang tadinya tenang mendadak berubah pucat. Ita berlari dengan pakaian kaus yang belum diganti. Tampak disudut matanya ada butiran-butiran air yang keluar. Ita menggigit bibirnya sambil berlari. Langkah demi langkah yang membuat Ita tampak semakin pucat.
Di depan Gedung Tv 3
Riuh orang mengilingi gedung yang lebih mirip gunung api itu. Lima belas mobil pemadam menyemburkan air diikuti dengan para pemadam yang berbaur sibuk mengeluarkan dan masuk untuk menyelamatkan orang. Kami di sana, Ita mencari kesana dan kemari tiba-tiba ia berlari membuka kantung mayat yang akan ditutup
“maaf pak, saya temannya” Ita segera membuka lagi. Segera saja mulutnya terbuka mengucap nama cynthia tanpa suara, segera saja dari kedua matanya keluar butiran-butiran air yang indah tapi membuatku sedih. Tangannya terpaku saat kantung mayat tadi di bawa pergi. Ita duduk jongkok dan membenamkan kepalanya dan menangis dengan nafas terputus-putus. Aku hanya bisa bersandar di sampingnya bersyukur pada Sang Maha Agung keputusanku tadi siang tepat aku hanya bisa terus memohon kepadaNya untuk memberikan jalan lurus kepada Ita.
Dua tahun kemudian…
“Dion, makan “ suara Ita memanggilku, seperti biasa telur bacem menu kesukaanku terhidang di atas sebuah piring kecil. Ita membetulkan Jilbabnya kemudian membagikan lauk kepada Ali yang tak jauh berbeda dari biasanya hanya saja lebih dewasa dan setelah menikah beberapa minggu yang lalu dengan Ita. Kami kini hidup di rumah baru di pinggiran kota. Setelah kejadian beberapa tahun yang lalu doaku dikabulkan Ita yang saat itu sedang gundah, di tolong oleh ali saat akan bunuh diri meloncat dari gedung. Yang kemudian ali memberikan cahaya tuntunan untuk mengapai ketenangan melalui cahaya-NYA, dan akhirnya mereka menyatukan hidup dibawah keridhoan-Nya setelah Ita menyatakan diri masuk Islam. Ita bahagia dan tenang dan kini ia bekerja sebagai pimpinan TV swasta islam dari organisasi islam Ali yang berkembang pesat sekali.