ANALISIS
DAN ULASAN NOVEL RONGGENG
DUKUH PARUK
DAN
TARIAN BUMI
Disusun
oleh:
Nama :
Ryan Sandy Adi Dharma
Kelas :
XII Bahasa
No,absen :
17
SEKOLAH
MENEGAH ATAS NEGERI 1 BOJA
TAHUN
AJARAN 2014/2015
BAB
I
RONGGENG
DUKUH PARUK
Analisis
Novel Ronggeng Dukuh Paruk
- Tokoh
Dalam
novel Ronggeng Dukuh Paruk terdapat beberapa tokoh yaitu:
- Srintil
- Rasus
- Dower
- Kartareja
- Sukarya
- Nyai Kartareja
- Sakum
- Nyai Sakarya
- Nenek Rasus
- Sersan Slamet
- Pak Bakar
- Watak Tokoh
Watak
tokoh dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk yaitu:
- Srintil memiliki watak wanita yang mengambil keputusan sesuai hatinya itu terbukti karena dia tanpa berpikir panjang tidak menghiraukan ajakan pentas hanya karena suasana hatinya yang buruk dan dia tidak memikirkan bahwa ada juga yang hidup dari hasil pentasnya yaitu calung.
- Rasus adalah orang yang berpendirian kuat ini terlihat ketika dia tidak memperdulikan Srintil yang ingin agar mereka berdua menikah walaupun Rasus juga menyukai Srintil dikarenakan Srintil yang seorang penari ronggeng,Rasus yang menolak karena dia telah melihat dunia luar yang lebih luas dari pada Dukuh Paruk sehingga dia menolak ajakan Srintil.
- Dower adalah seorang pemuda yang licik dan pintar, untuk mendapatkan sesuatu dengan cara apapun agar tujuannya dapat tercapai. Ia pertaruhkan harta milik orang tuanya untuk di jadikan sebagai hadiah kepada keluarga Kertareja sebagai syarat untuk melaksanakan ritual bukak klambu denag Srintil.
- Kartareja adalah orang yang berpegang teguh pada kepercayaanya itu terlihat ketika dia sangat percaya sepenuh hati dengan Ki Secamenggala dan selalu melaksanakan adat yang sudah melekat di Dukuh Paruk
- Sukarya adalah orang yang bertanggung jawab karena sebagai pemangku adat dia memikirkan kehidupan Dukuh Paruk,itu terjadi saat dia memikirkan Srintil yang tidak mau pentas dan memikirkan Dukuh Paruk yang nantinya sepi karena tidak ada Ronggeng
- Nyai Kertareja adalah orang yang memanfaatkan keuntungan orang lain,ini terlihat ketika dia selalu memaksakan Srintil agar menerima tamu-tamunya dan dia juga meraup untung atas memeperjual-belikan kehormatan Srintil
- Sakum adalah orang yang pekerja keras,itu terbukti walaupun dia buta dia selalu giat bekerja untuk anak-anak dan istrinya dan saat dia jarang pentaspun dia tetap tegar untuk bekerja untuk membiayai hidup keluarganya
- Nyai Sakarya adalah orang yang sanagt menyayangi keluarganya dan juga kehidupan di Dukuh Paruk, itu terlihat saat dia tidak tega melihat Ssrintil yang ingin menjadi seperti wanita lainnya yang memiliki anak namun dia juga memikirkan nasib Dukuh Paruk nantinya bila penari Ronggeng sebagai ikonnya menikah
- Nenek Rasus adalah orang yang sangat menyanyangi cucunya dia selalu mementingkan Rasus dari pada dirinya sendiri apalagi setelah meninggalnya anak dan menantunya
- Sersan Slamet adalah orang yang tegas sekaligus baik hati itu terlihat ketika dia mendengar Rasus menembak menggunakan senapan, dia marah namun setelah itu dia menanyakan alasannya dan setelah mengtahuinya dia memakluminya bahkan mencoba membantu Rasus agar menjadi seorang tentara
- Pak Bakar adalah orang yang munafik itu terlihat ketiak dia berusaha berbaik-baik kepada Dukuh Paruk dengan memberikan peralatan elektronik dan menunjukkan sifat kebapakan padahal dia memiliki maksud yang tidak baik di dalam tindakannya
- Sudut Pandang
Novel Tarian Bumi
adalah novel trilogi yang memiliki judul yaitu Catatan Buat Emak,
Lintang
Kemukus Dinihari,
dan
Jentera Bianglala.
Dalam
ketia novel ini memiliki dua sudut pandang yang berbeda yaitu pada
novel Catatan Buat Emak menggunakan sudut pandang orang
pertama,seperti cuplikan nvel tersebut:”
Aku diam karena kecewa, dan sedikit malu. Namun aku mendapat akal
untuk menolong keadaan. Pikiran itu mendadak muncul setelah kulihat
gigi Srintil telah berubah.”
Dan
pada novel kedua dan ketiga memiliki sudut pandang orang ketiga ini
terlihat dari cuplikan novel:
Novel Lintang
Kemukus Dini Hari: “Sesaat lamanya perempuan itu kembali dalam
sikap tanpa gerak. Kemudian menjulurkan tangan ke arah Srintil.
Telapak tangan dibuka. Beberapa keping uang logam ada disana .
Srintil menatapnya tidak mengerti. Dan putus asa. Berbalik, menarik
daun pintu dengan kasar, lalu keluar. “
Novel Jentera
Bianglala:”
Andaikan
Rasus bukan seorang tentara yang kini harus berada dalam sikap siaga
penuh karena negara dinyatakan dalam keadaan bahaya, pastilah dia
akan segera mengajukan permohonan cuti. Namun keadaan memaksa hak
cuti bagi setiap prajurit dihapuskan entah sampai kapan. Maka untuk
mengetahui keadaan tanah kelahirannya Rasus hanya bisa bertanya
melaluisurat . Sersan, dulu Kopral, Pujo yang pernah sekian lama
menjadi sahabat satu kesatuan, kini menjadi komandan markas perwira
urusan teritorial di kecamatan Dawuan. Kepadanyalah Rasus
menulissurat , minta tolong agar dia diberi tahu perikeadaan Dukuh
Paruk.”
4.
Latar
Latar tempat yang
dimunculkan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk adalah ada di Dukuh
Paruk,
novel
ini memiliki suasana yang warganya tidak memilikki pengetahuan
sehingga menimbulkan suasana yang tidak kondusif dengan adanya
kesimpangan moral yang ada disana.
Novel
Ronggeng Dukuh Paruk mengambil waktu pada tahun 1965.
5.
Alur
Alur yang terdapat
dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk adalah alur maju,
karena
dari novel pertama sampai novel kedua menceritakan peristiwa yang
berurutan sampai akhir dari cerita.
6.
Amanat
Novel Ronggeng Dukuh
Paruk memiliki amanat yaitu janganlah terlalu terbelakan dan menutup
diri dari luar karena jika kita mengetahui kehidupan diluar maka kita
bisa memiliki hidup yang lebih baik atas dasar pemikiran yang matang
dan juga novel ini mengajarkan kepada wanita agar selalu menjaga
harkat dan martabatnya tanpa terpengaruh oleh adat yang salah.
Ulasan
Novel Ronggeng Dukuh Paruk
Catatan
buat emak
Dukuh
paruk yang kering krontang menampakkan kehidupannya kembali ketika
srintil, bocah yang berumur sebelastahun, menjaddi ronggeng. Penduduk
dukuh yang merupakan keturunan Ki Secamenggala, seorang bromocorah
yang di anggap moyang mereka, mengganggap bahwa kehadiran srintil
akan menggembalikan citra pedukuhan yang sebenarnya. “ Dukuh Paruh
hanya lengkap bila di sana ada kramat Ki Secamenggala, ada seloroh
cabul, ada sumpah serapah dan ada ronggeng dengan calungnya” ( hal
16 ).
Srintil
adalah protet anak Dukuh paruk yang yatim- piatu akibat bencana tempe
bongkrek. Enam belas penduduk meninggal karena memakan tempe yang
terbuat dari ampas kelapa itu. Tak terkecuali juga kedua pembuat
makanan itu, yaitu kedua orang tua srintil. Srintil yang saat itu
masih bayi, kemudian di pelihara oleh kakek-neneknya, Sakarya
suami-istri. Sang kakek yakin bahwa Srintil telah kerasukan indang
ronggeng.
Sebagaimana
layaknya seorang ronggeng, Srintil harus melewati tahap-tahap untuk
menjadi seorang ronggengyang sesungguhnya. Setelah ia di serahkan
kepada Kertareja, dukun ronggeng di dukuh itu, srintil harus di
mandikan di depan cungkupmakam Ki Secamenggala. Srintil juga harus
melewati tahab bukak
klambu. Ia tidak mungkin naik pentas denagn memungut bayaran kalau
tidak melewati tahap yang lebih mirip sebagai sayembara bagi setiap
laki-laki yang mampu memberi sejumlah uang sebagai syaratnya.
Rasus
adalah seorang pemuda yang dongkol dengan syarat-syarat tersebut.
Teman main Srintil sejak kecil buakn hanya cemburu dan sakit hati
karena Srintil di lahirkan menjadi ronggeng, yang berarti milik
umum, tetapi karena kegadisan Srintil yang di sayembarakan. Yang
lebih “ Panas “ lagi adalah ketidakmampuannya sebagai anak yang
berumur empat belas tahun untuk mengubah hukum yang sudah pasti
terjadi, dan itu bakal meninpa orang yang di cintainya.
Sampai
saat yang ditentukan, Rasus tidak dapat berbuat banyak untuk
mendapatkan Srintil. Ia hanya dapat mendengarkan pertengkaran Dower
dan Sulam di emper samping rumah Kertareja. Kedua laki-laki yang
sama-sama bajingang itu masing-masing meresa dirinyalah yang lebih
pantas untuk meniduri Srintil pertama kali sesuai dengan syarat yang
ditentukan oleh Kertareja; seringgit uang emas.
Kenyataan
menunjukan lain dan tidak di duga oleh Rasus. Sebab, Srintil
tiba-tiba dilihatnya berada di belakang rumah dan meminta Rasus untuk
menggaulinya. Ia lebih suka menyerahkan kegadisannya kepada Rasus
dari pada kepada orang yang memuakana Srintil itu. Rasus tidak
menolak keinginan orang merupakan bayangan-bayangan ibunya yang entah
ke mana itu. Dower dan Sulam menyusul kemudian. Sementara Kertareja
dan istrinya mereguk keuntungan; seringgit uang emas dari Sulamdan
seekor kerbau serta dua buah rupiah perak dari Dower.
Setelah
mendapat pengalaman yang baru pertama kali dirasakannya, Rasus
meninggalkan dukuh paruk. Ia menjadi banci kepada Srintil yang sudah
menjadi ronggeng yang sesungguhnya. Srintil sudah menjadi milik umum
dan bayangan-bayangan emaknya dicabutnya dari Srintil. “ tapi demi
rahim yang pernah membungkusku, aku tak tega membayangkan Emak
sebagai perempuan yang selalu ramah terhadap semua laki-laki. Yang
tak pernah menepis tangan laki-laki yang menggrayanginya. Tidak .
Betapapun aku tak mampu berkhayal demikian” ( hlm.134 ).
Begitulah,
kehidupan Desa Dawuan tempat pengasingan diri dari adat Dukuh Paruk,
membuat pandangan Rasus banyak berubah. Pengenalan atas dunia wanita
yang di alami di Dawuan pun banyak pemandangan terhadap Srintil
sebagai tokoh bayangan-bayangan ibunya bergeser jauh, bahkan berhasil
disingkirkannya. Oleh karna itu, ketika Rasus d tawari oleh Srintil
untuk menjadi suaminya, ia menolak.
Langkah
rasus pasti dan keputusan untuk menoloak Srintil pun pasti. “
dengan menolak perkawinan yang ditawarkan Srintil, aku memberikan
sesuatu yang paling berharga bagi Dukuh Paruk: Ronggeng” (hlm.174).
Dengan keputusan itu, Rasus yakin bahwa ia bisa hidup tanpa kehadiran
bayangan emak, bayangan yang selama ini membuatnya resah.
Novel Ronggeng Dukuh
Paruk adalah novel yang dikarang oleh Ahmad Tohari.
Novel
ini menampilkan latar belakang pada tahuan 1965.
Ahmad
Tohari adalah penulis yang sering mengangkat cerita-cerita kehidupan
yang terjadi pada masyarakat kecil seperti salah satu novelnya yang
berjudul Ronggeng dukuh Paruk yang menggambarkan keterbelakangan
orang-orang Dukuh Paruk dalam kehidupan mereka sehingga membuat
mereka mudah menjadi kambing hitam.Novel ini menceritakan seorang
penari Ronggeng yang harus menuruti semua adat yang berlaku karena
dia telah ditakdirkan untuk menjadi penari ronggeng karena terdapat
inang di dalam tubuhnya,
walaupun
dia harus melanggar norma-norma kesusilaan dan juga melecehkan tubuh
dan harkat martabatnya sendiri sebagai seorang wanita yang tentunya
tidak ia pedulikan karena itu adalah adat yang telah terjadi selama
bertahun-tahun lamanya .
Novel ini merupakan
contoh dari sebuah ketidaktahuan belaka tentang dunia luar dan masih
berpedoman teguh kepada adat yang salah.
Ketidaktahuan
itu membuat orang-orang bisa menjadi kambing hitam oleh oknum-oknum
tidak bertanggung jawab,
Dan
juga terus berpedoman pada adat yang jauh melenceng dari norma yang
ada dan justru membuat orang-orang itu semakin terpuruk dan jauh
dari kebenaran yang ada dan juga novel ini menggambarkan seorang
wanita yang rela melakukan sesuatu yang melanggar norma karena
profesinya yang mengharuskannya berlaku seperti itu.Seharusnya
sebagai seorang wanita haruslah menjadi wanita yang bermartabat,yang
bisa menjaga hartanya yang paling berharga.Novel
ronggeng dukuh paruk ini adalah novel ketiga karya Ahmad
Tohari.sebelum novel ini di terbitkan sebagai buku, novel ini dimuat
di harian kompas sebagai cerita sambung (17 Juli sampai 12 Agustus
1982), tanggapan dan belum banyak tanggapan terhadapnya. Setelah
novel ini di terbitkan pada akhir 1982, baru novel ini begitu ramai
mendapat tanggapan. Sekitar 20’an resensi atas novel iniada sekitar
15 artikel menyambut kehadiran novel ini dengan tanggapan yang
beraneka ragam. Namun, pada umumnya bernada positif, walaupun ada
pula yang bernada negatif.
Para
pengamat sastra sebagian besar menanggapi novel ini sebagai novel
yang tampil dengan latar yang amat kuat, memikat dan khas. Sapartdi
Djoko Damono dalam resensinya yang memuat majalah tempo menyebut
novel ini sebagai “dongen modern, sedangkan Umar Junus (pelita, 23
April 1991) menyebut sebagai novel yang di dalamnya mengandung
imbauan terhadap “tugas suci intelektual”. Bahkan, ada pula yang
menafsirkan sebagai novel yang mengandung dakwah islam, sebagaimana
yang tercermin dalam kepribadian tokoh Rasus.
Ronggeng
dukuh paruk merupakan bagian pertama dari sebuah trilogi. Lengkapnya
adalah ronggeng dukuh paruk (1982 ), Lintang
Kemukus Dini Hari
( 1985 ) sebelumya merupakan cerita bersambung harian kompas, 23
september 1984 sampai 27 oktober 1984, serta jentera bianglala ( 1986
), juga sebelumnya merupakan cerita bersambung pada harian kompas, 23
september 1985 sampai 26 oktober 1985. Bagian kedua menceritakan
hancurnya kemanusiaan khususnya kewanitaan - Srintil, dan bagian
ketiga menceritakan kembalinya Rasus untuk mengangkat harkat penduduk
Dukuh Paruk.
BAB
II
TARIAN
BUMI
Analisis
Novel Tarian Bumi:
- Tokoh
Tokoh
dalam tarian bumi yaitu:
- Ida Ayu Telaga Pidada
- Wayan Samitha
- Jero Kenanga(Luh Sekar)
- Ida Bagus Tugur
- Ida Ayu Sagra Pidada
- Ida Bagus Ngurah Pidada
- Luh Sadri
- Putu Sarma
- Luh Gumbreg
- Luh Kenten
- Luh Sari
- Watak Tokoh
- Ida Ayu Telaga Pidada memiliki watak yang tegar dan berpendirian kuat,itu terlihat di dalam novel dia tidak peduli dengan keputusannya yang meninggalkan kastanya yang seorang bangsawan dan menjadi seorang sudra. Dia merupakan wanita yang tegar karena saat dia menjadi wanita sudra dia berusaha untuk menjalani hidup seperti seorang sudra walaupun itu sangat berat untuk dilakukan.
- Wayan Sasmitha memiliki watak yang berpendirian teguh dan bertanggung jawab, itu terlihat saat dia dengan percaya diri akan menikahi seorang perempuan berkasta Brahmana, walau ibunya telah melarangnya namun dia tetap melakukannya. Wayan juga bertanggung jawab karena dia selama hidupnya menjaga dan juga menghidupi keluarganya.
- Jero Kenanga memiliki watak yang ambisius dan keras itu terlihat saat dia meningingkan menikah dengan seorang laki-laki brahmana, tanpa peduli siapa yang dia nikahi. Dia keras terlihat pada setiap tindakannya yang menyuruh Telaga berbuat sesuai yang dikehendakinya dan itu harus terlaksana.
- Ida Bagus Tugur memiliki watak yang ambisius namun baik hati, itu terlihat saat dia terus memikirkan jabatannya tanpa memikirkan istri dan anaknya, namun pada tuanya dia sadar yang dilakukan itu tidak baik sehingga dia selalu mendukung setiap keputusan cucunya dan membantunya.
- Ida Ayu Sagra Pidada memiliki watak pemarah, itu terlihat saat dia selalu memarahi Kenanga atas segala yang dilakukan oleh anaknya, walaupun dia tidak melakukan kesalahan.
- Ida Bagus Ngurah Pidada memiliki watak laki-laki yang tidak bertanggung jawab dan juga tidak memiliki etika yang baik, itu terlihat saat dia tidak pernah member tanggung jawab kepada istri dan anaknya dan juga tidak memiliki etika yang baik karena memiliki kebiasaan kurang terpuji seperti minum-minuman air keras dsb.
- Luh Sadri memiliki watak iri,itu terlihat dia sangat iri kepada semua yang dimiliki Telaga walaupun Telaga banyak membantu keluarganya namun dia tetap iri dan tidak suka pada Telaga.
- Putu Sarma memiliki watak laki-laki yang memiliki etika yang buruk,itu terlihat ketika dia berlaku tidak baikk pada Telaga saat dirumahnya tidak ada orang.
- Luh Gumbreg memiliki watak seorang perempuan yang kuat dan juga berpendirian teguh pada adat, itu terlihat pada saat dia dengan kuat menjalani hidup bersama kedua putranya dan dia juga berpendirian teguh saat dia menolak pernikahan putranya dengan seorang perempuan Brahmana karena akan dianggap sial.
- Luh Sari memiliki watak yang ceria, itu terlihat dia tidak memperlihatkan kesedihannya walaupun hidup susah dan juga telah kehilangan ayahnya sejak kecil.
- Sudut pandang
Sudut pandang yang
digunakan dalam novel tarian bumi adalah sudut pandang orang ketiga
itu terlihat seperti dalam kutipan berikut ini”Mata
Telaga berair.
Kalau
saja bocah kecil itu tahu
siapa
laki-laki yang sering digodanya itu,
Sari
pasti akan sangat girang,
lalu
berteriak sepuasnya menceritakan pada seluruh misan-misannya bahwa
dia adalah keturunan orang terhormat.
Telaga
menarik napas,
hanya
bocah inilah yang membuatnya tetap ingin hidup”
- Latar
Novel Tarian Bumi
berlatar tempat di pulau Bali.
Menceritakan
seorang penari Bali yang memiliki keteguhan hati untuk memilih jalan
hidupnya yang berbeda walaupun akan memiliki suasana hidup yang
berubah drastis.
- Alur
Alur yang digunakan
dalam novel Tarian Bumi adalah alur campuran(Maju-Mundur-Maju)
Itu
terlihat pada awal novel yang menceritakan tentang Telaga dan Sari
kemudian kembali ke masa lalu menceritakan perjalanan hidup Telaga,
Jero
Kenanga,
Wayan
Sasmita,
Ida
Ayu Sagra Pidada dan kemudian kembali lagi kemasa depan.
- Amanat
Novel Tarian Bumi
mengajarkan kepada seluruh wanita bahwa wanita harus memiliki prinsip
yang kuat,berpendirian teguh dan juga kuat seperti yang dilakukan
oleh Telaga.
Ulasan
Tarian Bumi
Tarian bumi yang
dikarang oleh Oka Rusmini memiliki aliran realisme,
novel
tarian bumi menceritakan pemberontakan dari seorang perempuan yang
bernama Ida Ayu Telaga Pidada yang merupakan perempuan Bali yang
berkasta Brahmana
(Kasta
tertinggi di agama Hindu) yang meninggalkan kastanya hanya untuk
menikah dengan Wayan Sasmita yang memiliki kasta sudra
(Kasta
terendah dalam agama Hindu).
Novel
ini menceritakan tentang perbedaan kasta yang membuat orang-orang
harus memiliki sikap-sikap mereka tersendiri dalam hidup,perjuangan
hidup yang berat yang dialami oleh Telaga setelah dia meninggalkan
kasta Brahmananya dan menjadi seorang perempuan Sudra.
Penderitaan
yang dialaminya membuat dia menjadi wanita yang mengerti apa arti
hidup,
setelah
perubahan drastis dari seorang putri menjadi seorang hamba.
Dalam novel ini
mengajarkan kita bahwa setiap keputusan yang diambil maka harus
dijalani dengan penuh rasa tanggung jawab,
seperti
Telaga.
Pendirian
teguh yang dimiliki Telaga untuk bersama dengan orang yang dia
sayangi dan rela menganggalkan status kebangsawaannya.
Novel tarian bumi
mendapat beberapa tanggapan dari Maria Hartiningsih,
Yos
Rizal Suriaji,
Horizon
(Juli
2001),
Jurnal
Perempuan-15,
Wildan
Hakim
(detikcom),
Femina
28/XXVIII 2000,
I
Wayan Artika(SARAD
Mei
2000 No.5 Th 1).
Yang
hampir dari semuanya menanggapi tentang sosok perempuan Bali yang
bernama Ida Ayu Telaga Pidada yang menggambarkan keindahan dari
seorang wanita Bali namun memiliki luka terpendam yang teramat dalam
dan juga sakit tentang perbedaan kasta yang membuat adanya jarak
diantara orang-orang Bali.
Komentar:
Novel ini merupakan
contoh potret seorang perempuan yang harus tetap tegar dalam
menghadapi hidup.
Novel
ini memberikan sebuah gambaran bahwa wanita yang selalu dianggap
remeh oleh laki-laki harus tetap menunjukkan bahwa wanita memiliki
segudang kekuatan yang tidak dimiliki oleh laki-laki.
Oleh
karena itu novel ini memberi contoh wanita haruslah tetap tegar dan
selalu tabah dalam menjalani hidup tanpa ada seorangpun yang
mengetahui.Seperti kutipan dalam novel ini:
“Perempuan Bali
itu Luh,perempuan yang tidak terbiasa mengeluarkan keluhan.
Mereka
lebih memilih berpeluh.Hanya dengan itu mereka sadar dan tahu bahwa
mereka masih hidup dan harus tetap hidup.
Keringat
mereka adalah api,
Dan
dar keringat itulah asap dapur masih tetap terjaga.
Mereka
tidak hanya menysui anak yang lahir dari tubuh mereka.
Mereka
pun menyusui laki-laki.Menyusui hidup itu sendiri…”
Oleh karena itu
novel ini mampu menjadi sebuah contoh agar setiap wanita harus tabah
dan juga menjalani kuat untuk menjalani kehidupan ini.
BAB
III
PERBANDINGAN
NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK DAN
TARIAN BUMI
Novel Ronggeng Dukuh
Paruk dan Tarian bumi sama-sama menceritakan seorang penari.
Ronggeng
Dukuh paruk menceritakan seorang penari ronggeng sementara Tarian
Bumi menceritakan seorang penari Bali.
Ronggeng
Dukuh Paruk menggambarkan keadaaan seorang penari Ronggeng yang harus
menjalani hidup sesuai tradisi yang telah lama diterapkan pada desa
Dukuh Paruk,
sedangkan Tarian Bumi juga menceritakan penindasan adat dengan adanya
perbedaan kasta yang membuat adanya jarak yang ada dalam masyarakat.
Ronggeng Dukuh Paruk
yang menceritakan penari bernama Srintil.
Yang
semasa hidupnya percaya akan kepercayaan tentang leluhurnya Ki
Secamenggala,
sehingga
dia dengan suka hati menjalani hidup seperti ronggeng dukuh paruk
sebelumnya namun semakin berjalannya waktu dia mengetahui apa yang
seharusnya dilakukan untuk menjadi seorang penari ronggeng,
sehingga
dia menolak beberapa tawaran untuk pentas.
Sementara
Tarian Bumi yang menceritakan seorang penari bernama Telaga yang
hidupnya sebagai penari berkasta brahmana yang memberontak terhadap
perbedaan kasta yang ada.
Dalam dua novel ini
dipertunjukkan dengan adanya sebuah tata cara kehidupan yang berbeda.
Ronggeng
dukuh paruk memperlihatkan pengetahuan yang rendah serta kekurangan
sehingga warga dukuh paruk menjadi warga yang tidak mengtahui apa-apa
dan membuat mereka dalam situasi yang menghimpit.Berbada dengan
Tarian Bumi yang berlatarkan Bali
,warganya
memiliki pengetahuan umum lebih luas dari pada warga di dukuh paruk
namun dalam masyarakatnya terjadi perbedaan kasta yang signifikan.
Perbedaan itu
menciptakan ruang dan jarak tersendiri dalam masyarakat.
Berbeda
dengan dukuh paruh yang semua warganya bersatu dan kompak namun dalam
keterbatasan,
jika
di dalam dukuh paruk tidak ada perbedaan yang signifikan antara
tetua dan warga.
Mereka
membaur menjadi satu,namun dalam tarian bumi disana menggambarkan
bahwa adanya jarak yang disebabkan karena kasta yang sudah mendarah
daging berada dalam masyarakatnya dan dipatuhi oleh semuanya.
Dalam novel ronggeng
dukuh paruk pelajaran yang didapat ialah janganlah terlalu menutup
diri dari dunia luar yang menyebabkan kita menjadi rugi dan juga
dapat ditipu atau diperdaya oleh orang lain.
Sedangakan
dalam novel tarian bumi kita dilihatkan tentang perjuangan seorang
wanita yang berpendirian teguh dalam menjalani hidup yang telah dia
putuskan.
BAB
IV
PENUTUP
- SIMPULAN
Karya
sastra saat ini berkembang pesat di kalangan masyarakat kita. Berkat
karya sastrawan yang mengangkat sebuah kehidupan dari masyarakat
sekitar kita, menjadikan diri ini teringat bahwa pentinya nilai -
nilai yang ada di masyarakat harus dipelajari dan kita ambil nilai
positifnya. Banyak diantara kita yang tanpa sadar melupakan nilai
tersebut di kehidupan kita sekarang. Dengan adanya karya yang di
hasilkan oleh sastrawan, mereka mengungkap dan menyatakan apa yang
sebenarnya mereka alami di masyarakat. Maka dengan mudah para
sastrawan menyampaikan dengan mudah apa yang mereka rasakan melalui
sebuah karya seperti ronggeng
dukuh paruk dan tarian bumi salah satunya karya sastra ini yang
mengungkapkan keinginan seorang sastrawan kepada masyarakat.
- SARAN
Dengan
adanya makalah ini semoga pembaca dapat memahami dan mengamalkan
nilai yang ada dalam novel dan gemar mambacanya lagi serta tidak
melakukan apa yang seharusnya di lakukan kalau memang itu benar.