mutiara hikmah

Frame4

i love it .

,.saya suka sekali ^_^

Minggu, 16 November 2014

ulasan novel


Ulasan Novel Ronggeng Dukuh Paruk
Catatan buat emak


Dukuh paruk yang kering krontang menampakkan kehidupannya kembali ketika srintil, bocah yang berumur sebelastahun, menjaddi ronggeng. Penduduk dukuh yang merupakan keturunan Ki Secamenggala, seorang bromocorah yang di anggap moyang mereka, mengganggap bahwa kehadiran srintil akan menggembalikan citra pedukuhan yang sebenarnya. “ Dukuh Paruh hanya lengkap bila di sana ada kramat Ki Secamenggala, ada seloroh cabul, ada sumpah serapah dan ada ronggeng dengan calungnya” ( hal 16 ).
Srintil adalah protet anak Dukuh paruk yang yatim- piatu akibat bencana tempe bongkrek. Enam belas penduduk meninggal karena memakan tempe yang terbuat dari ampas kelapa itu. Tak terkecuali juga kedua pembuat makanan itu, yaitu kedua orang tua srintil. Srintil yang saat itu masih bayi, kemudian di pelihara oleh kakek-neneknya, Sakarya suami-istri. Sang kakek yakin bahwa Srintil telah kerasukan indang ronggeng.
Sebagaimana layaknya seorang ronggeng, Srintil harus melewati tahap-tahap untuk menjadi seorang ronggengyang sesungguhnya. Setelah ia di serahkan kepada Kertareja, dukun ronggeng di dukuh itu, srintil harus di mandikan di depan cungkupmakam Ki Secamenggala. Srintil juga harus melewati tahab bukak klambu. Ia tidak mungkin naik pentas denagn memungut bayaran kalau tidak melewati tahap yang lebih mirip sebagai sayembara bagi setiap laki-laki yang mampu memberi sejumlah uang sebagai syaratnya.
Rasus adalah seorang pemuda yang dongkol dengan syarat-syarat tersebut. Teman main Srintil sejak kecil buakn hanya cemburu dan sakit hati karena Srintil di lahirkan menjadi ronggeng, yang berarti milik umum, tetapi karena kegadisan Srintil yang di sayembarakan. Yang lebih “ Panas “ lagi adalah ketidakmampuannya sebagai anak yang berumur empat belas tahun untuk mengubah hukum yang sudah pasti terjadi, dan itu bakal meninpa orang yang di cintainya.
Sampai saat yang ditentukan, Rasus tidak dapat berbuat banyak untuk mendapatkan Srintil. Ia hanya dapat mendengarkan pertengkaran Dower dan Sulam di emper samping rumah Kertareja. Kedua laki-laki yang sama-sama bajingang itu masing-masing meresa dirinyalah yang lebih pantas untuk meniduri Srintil pertama kali sesuai dengan syarat yang ditentukan oleh Kertareja; seringgit uang emas.
Kenyataan menunjukan lain dan tidak di duga oleh Rasus. Sebab, Srintil tiba-tiba dilihatnya berada di belakang rumah dan meminta Rasus untuk menggaulinya. Ia lebih suka menyerahkan kegadisannya kepada Rasus dari pada kepada orang yang memuakana Srintil itu. Rasus tidak menolak keinginan orang merupakan bayangan-bayangan ibunya yang entah ke mana itu. Dower dan Sulam menyusul kemudian. Sementara Kertareja dan istrinya mereguk keuntungan; seringgit uang emas dari Sulamdan seekor kerbau serta dua buah rupiah perak dari Dower.
Setelah mendapat pengalaman yang baru pertama kali dirasakannya, Rasus meninggalkan dukuh paruk. Ia menjadi banci kepada Srintil yang sudah menjadi ronggeng yang sesungguhnya. Srintil sudah menjadi milik umum dan bayangan-bayangan emaknya dicabutnya dari Srintil. “ tapi demi rahim yang pernah membungkusku, aku tak tega membayangkan Emak sebagai perempuan yang selalu ramah terhadap semua laki-laki. Yang tak pernah menepis tangan laki-laki yang menggrayanginya. Tidak . Betapapun aku tak mampu berkhayal demikian” ( hlm.134 ).
Begitulah, kehidupan Desa Dawuan tempat pengasingan diri dari adat Dukuh Paruk, membuat pandangan Rasus banyak berubah. Pengenalan atas dunia wanita yang di alami di Dawuan pun banyak pemandangan terhadap Srintil sebagai tokoh bayangan-bayangan ibunya bergeser jauh, bahkan berhasil disingkirkannya. Oleh karna itu, ketika Rasus d tawari oleh Srintil untuk menjadi suaminya, ia menolak.
Langkah rasus pasti dan keputusan untuk menoloak Srintil pun pasti. “ dengan menolak perkawinan yang ditawarkan Srintil, aku memberikan sesuatu yang paling berharga bagi Dukuh Paruk: Ronggeng” (hlm.174). Dengan keputusan itu, Rasus yakin bahwa ia bisa hidup tanpa kehadiran bayangan emak, bayangan yang selama ini membuatnya resah.
Novel Ronggeng Dukuh Paruk adalah novel yang dikarang oleh Ahmad Tohari. Novel ini menampilkan latar belakang pada tahuan 1965. Ahmad Tohari adalah penulis yang sering mengangkat cerita-cerita kehidupan yang terjadi pada masyarakat kecil seperti salah satu novelnya yang berjudul Ronggeng dukuh Paruk yang menggambarkan keterbelakangan orang-orang Dukuh Paruk dalam kehidupan mereka sehingga membuat mereka mudah menjadi kambing hitam.Novel ini menceritakan seorang penari Ronggeng yang harus menuruti semua adat yang berlaku karena dia telah ditakdirkan untuk menjadi penari ronggeng karena terdapat inang di dalam tubuhnya, walaupun dia harus melanggar norma-norma kesusilaan dan juga melecehkan tubuh dan harkat martabatnya sendiri sebagai seorang wanita yang tentunya tidak ia pedulikan karena itu adalah adat yang telah terjadi selama bertahun-tahun lamanya .
Novel ini merupakan contoh dari sebuah ketidaktahuan belaka tentang dunia luar dan masih berpedoman teguh kepada adat yang salah. Ketidaktahuan itu membuat orang-orang bisa menjadi kambing hitam oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab, Dan juga terus berpedoman pada adat yang jauh melenceng dari norma yang ada dan justru membuat orang-orang itu semakin terpuruk dan jauh dari kebenaran yang ada dan juga novel ini menggambarkan seorang wanita yang rela melakukan sesuatu yang melanggar norma karena profesinya yang mengharuskannya berlaku seperti itu.Seharusnya sebagai seorang wanita haruslah menjadi wanita yang bermartabat,yang bisa menjaga hartanya yang paling berharga.Novel ronggeng dukuh paruk ini adalah novel ketiga karya Ahmad Tohari.sebelum novel ini di terbitkan sebagai buku, novel ini dimuat di harian kompas sebagai cerita sambung (17 Juli sampai 12 Agustus 1982), tanggapan dan belum banyak tanggapan terhadapnya. Setelah novel ini di terbitkan pada akhir 1982, baru novel ini begitu ramai mendapat tanggapan. Sekitar 20’an resensi atas novel iniada sekitar 15 artikel menyambut kehadiran novel ini dengan tanggapan yang beraneka ragam. Namun, pada umumnya bernada positif, walaupun ada pula yang bernada negatif.
Para pengamat sastra sebagian besar menanggapi novel ini sebagai novel yang tampil dengan latar yang amat kuat, memikat dan khas. Sapartdi Djoko Damono dalam resensinya yang memuat majalah tempo menyebut novel ini sebagai “dongen modern, sedangkan Umar Junus (pelita, 23 April 1991) menyebut sebagai novel yang di dalamnya mengandung imbauan terhadap “tugas suci intelektual”. Bahkan, ada pula yang menafsirkan sebagai novel yang mengandung dakwah islam, sebagaimana yang tercermin dalam kepribadian tokoh Rasus.
Ronggeng dukuh paruk merupakan bagian pertama dari sebuah trilogi. Lengkapnya adalah ronggeng dukuh paruk (1982 ), Lintang Kemukus Dini Hari ( 1985 ) sebelumya merupakan cerita bersambung harian kompas, 23 september 1984 sampai 27 oktober 1984, serta jentera bianglala ( 1986 ), juga sebelumnya merupakan cerita bersambung pada harian kompas, 23 september 1985 sampai 26 oktober 1985. Bagian kedua menceritakan hancurnya kemanusiaan khususnya kewanitaan - Srintil, dan bagian ketiga menceritakan kembalinya Rasus untuk mengangkat harkat penduduk Dukuh Paruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar