Ulasan
Novel Ronggeng Dukuh Paruk
Catatan
buat emak
Dukuh
paruk yang kering krontang menampakkan kehidupannya kembali ketika
srintil, bocah yang berumur sebelastahun, menjaddi ronggeng. Penduduk
dukuh yang merupakan keturunan Ki Secamenggala, seorang bromocorah
yang di anggap moyang mereka, mengganggap bahwa kehadiran srintil
akan menggembalikan citra pedukuhan yang sebenarnya. “ Dukuh Paruh
hanya lengkap bila di sana ada kramat Ki Secamenggala, ada seloroh
cabul, ada sumpah serapah dan ada ronggeng dengan calungnya” ( hal
16 ).
Srintil
adalah protet anak Dukuh paruk yang yatim- piatu akibat bencana tempe
bongkrek. Enam belas penduduk meninggal karena memakan tempe yang
terbuat dari ampas kelapa itu. Tak terkecuali juga kedua pembuat
makanan itu, yaitu kedua orang tua srintil. Srintil yang saat itu
masih bayi, kemudian di pelihara oleh kakek-neneknya, Sakarya
suami-istri. Sang kakek yakin bahwa Srintil telah kerasukan indang
ronggeng.
Sebagaimana
layaknya seorang ronggeng, Srintil harus melewati tahap-tahap untuk
menjadi seorang ronggengyang sesungguhnya. Setelah ia di serahkan
kepada Kertareja, dukun ronggeng di dukuh itu, srintil harus di
mandikan di depan cungkupmakam Ki Secamenggala. Srintil juga harus
melewati tahab bukak
klambu. Ia tidak mungkin naik pentas denagn memungut bayaran kalau
tidak melewati tahap yang lebih mirip sebagai sayembara bagi setiap
laki-laki yang mampu memberi sejumlah uang sebagai syaratnya.
Rasus
adalah seorang pemuda yang dongkol dengan syarat-syarat tersebut.
Teman main Srintil sejak kecil buakn hanya cemburu dan sakit hati
karena Srintil di lahirkan menjadi ronggeng, yang berarti milik
umum, tetapi karena kegadisan Srintil yang di sayembarakan. Yang
lebih “ Panas “ lagi adalah ketidakmampuannya sebagai anak yang
berumur empat belas tahun untuk mengubah hukum yang sudah pasti
terjadi, dan itu bakal meninpa orang yang di cintainya.
Sampai
saat yang ditentukan, Rasus tidak dapat berbuat banyak untuk
mendapatkan Srintil. Ia hanya dapat mendengarkan pertengkaran Dower
dan Sulam di emper samping rumah Kertareja. Kedua laki-laki yang
sama-sama bajingang itu masing-masing meresa dirinyalah yang lebih
pantas untuk meniduri Srintil pertama kali sesuai dengan syarat yang
ditentukan oleh Kertareja; seringgit uang emas.
Kenyataan
menunjukan lain dan tidak di duga oleh Rasus. Sebab, Srintil
tiba-tiba dilihatnya berada di belakang rumah dan meminta Rasus untuk
menggaulinya. Ia lebih suka menyerahkan kegadisannya kepada Rasus
dari pada kepada orang yang memuakana Srintil itu. Rasus tidak
menolak keinginan orang merupakan bayangan-bayangan ibunya yang entah
ke mana itu. Dower dan Sulam menyusul kemudian. Sementara Kertareja
dan istrinya mereguk keuntungan; seringgit uang emas dari Sulamdan
seekor kerbau serta dua buah rupiah perak dari Dower.
Setelah
mendapat pengalaman yang baru pertama kali dirasakannya, Rasus
meninggalkan dukuh paruk. Ia menjadi banci kepada Srintil yang sudah
menjadi ronggeng yang sesungguhnya. Srintil sudah menjadi milik umum
dan bayangan-bayangan emaknya dicabutnya dari Srintil. “ tapi demi
rahim yang pernah membungkusku, aku tak tega membayangkan Emak
sebagai perempuan yang selalu ramah terhadap semua laki-laki. Yang
tak pernah menepis tangan laki-laki yang menggrayanginya. Tidak .
Betapapun aku tak mampu berkhayal demikian” ( hlm.134 ).
Begitulah,
kehidupan Desa Dawuan tempat pengasingan diri dari adat Dukuh Paruk,
membuat pandangan Rasus banyak berubah. Pengenalan atas dunia wanita
yang di alami di Dawuan pun banyak pemandangan terhadap Srintil
sebagai tokoh bayangan-bayangan ibunya bergeser jauh, bahkan berhasil
disingkirkannya. Oleh karna itu, ketika Rasus d tawari oleh Srintil
untuk menjadi suaminya, ia menolak.
Langkah
rasus pasti dan keputusan untuk menoloak Srintil pun pasti. “
dengan menolak perkawinan yang ditawarkan Srintil, aku memberikan
sesuatu yang paling berharga bagi Dukuh Paruk: Ronggeng” (hlm.174).
Dengan keputusan itu, Rasus yakin bahwa ia bisa hidup tanpa kehadiran
bayangan emak, bayangan yang selama ini membuatnya resah.
Novel Ronggeng Dukuh
Paruk adalah novel yang dikarang oleh Ahmad Tohari.
Novel
ini menampilkan latar belakang pada tahuan 1965.
Ahmad
Tohari adalah penulis yang sering mengangkat cerita-cerita kehidupan
yang terjadi pada masyarakat kecil seperti salah satu novelnya yang
berjudul Ronggeng dukuh Paruk yang menggambarkan keterbelakangan
orang-orang Dukuh Paruk dalam kehidupan mereka sehingga membuat
mereka mudah menjadi kambing hitam.Novel ini menceritakan seorang
penari Ronggeng yang harus menuruti semua adat yang berlaku karena
dia telah ditakdirkan untuk menjadi penari ronggeng karena terdapat
inang di dalam tubuhnya,
walaupun
dia harus melanggar norma-norma kesusilaan dan juga melecehkan tubuh
dan harkat martabatnya sendiri sebagai seorang wanita yang tentunya
tidak ia pedulikan karena itu adalah adat yang telah terjadi selama
bertahun-tahun lamanya .
Novel ini merupakan
contoh dari sebuah ketidaktahuan belaka tentang dunia luar dan masih
berpedoman teguh kepada adat yang salah.
Ketidaktahuan
itu membuat orang-orang bisa menjadi kambing hitam oleh oknum-oknum
tidak bertanggung jawab,
Dan
juga terus berpedoman pada adat yang jauh melenceng dari norma yang
ada dan justru membuat orang-orang itu semakin terpuruk dan jauh
dari kebenaran yang ada dan juga novel ini menggambarkan seorang
wanita yang rela melakukan sesuatu yang melanggar norma karena
profesinya yang mengharuskannya berlaku seperti itu.Seharusnya
sebagai seorang wanita haruslah menjadi wanita yang bermartabat,yang
bisa menjaga hartanya yang paling berharga.Novel
ronggeng dukuh paruk ini adalah novel ketiga karya Ahmad
Tohari.sebelum novel ini di terbitkan sebagai buku, novel ini dimuat
di harian kompas sebagai cerita sambung (17 Juli sampai 12 Agustus
1982), tanggapan dan belum banyak tanggapan terhadapnya. Setelah
novel ini di terbitkan pada akhir 1982, baru novel ini begitu ramai
mendapat tanggapan. Sekitar 20’an resensi atas novel iniada sekitar
15 artikel menyambut kehadiran novel ini dengan tanggapan yang
beraneka ragam. Namun, pada umumnya bernada positif, walaupun ada
pula yang bernada negatif.
Para
pengamat sastra sebagian besar menanggapi novel ini sebagai novel
yang tampil dengan latar yang amat kuat, memikat dan khas. Sapartdi
Djoko Damono dalam resensinya yang memuat majalah tempo menyebut
novel ini sebagai “dongen modern, sedangkan Umar Junus (pelita, 23
April 1991) menyebut sebagai novel yang di dalamnya mengandung
imbauan terhadap “tugas suci intelektual”. Bahkan, ada pula yang
menafsirkan sebagai novel yang mengandung dakwah islam, sebagaimana
yang tercermin dalam kepribadian tokoh Rasus.
Ronggeng
dukuh paruk merupakan bagian pertama dari sebuah trilogi. Lengkapnya
adalah ronggeng dukuh paruk (1982 ), Lintang
Kemukus Dini Hari
( 1985 ) sebelumya merupakan cerita bersambung harian kompas, 23
september 1984 sampai 27 oktober 1984, serta jentera bianglala ( 1986
), juga sebelumnya merupakan cerita bersambung pada harian kompas, 23
september 1985 sampai 26 oktober 1985. Bagian kedua menceritakan
hancurnya kemanusiaan khususnya kewanitaan - Srintil, dan bagian
ketiga menceritakan kembalinya Rasus untuk mengangkat harkat penduduk
Dukuh Paruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar